“Sampai di sini saja perjumpaan kita, wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh,” suara merdu ummahat berkacamata yang tetap tampak
manis di umurnya yang kian senja itu mengakhiri sebuah program kuliah subuh di
salah satu stasiun radio swasta. Sembari tersenyum kepada operator sound di
hadapannya, ia pun melepas headset yang membelit bagian atas dari jilbab
kuningnya. Sembari membetulkan sedikit posisi kacamata minusnya, wanita
setengah baya itu pun menggapit tas tangan kulit dengan tangan kanannya dan
kemudian berjalan menuju pintu keluar. Sebelum keluar, sang operator sempat
memajukan tangannya untuk mengajak ustadzah itu bersalaman. Ustadzah itu pun
menyambut tangan sang operator tanpa menyentuhnya sedikitpun sambil tetap menundukkan
pandangan dan bergumam, “Assalamualaikum.” Tapi hal itu sudah cukup membuat
sang operator menelan ludahnya karena terpana akan keindahan gundukan kembar di
dada sang ustadzah yang sekilas tercetak di jubahnya ketika ia menunduk.
Baru saja keluar ruang siaran, sang ustadzah
berkacamata itu langsung disambut oleh seorang laki-laki berjanggut tipis yang
berumur sekitar 27 tahun. Tubuhnya begitu kekar dan tegap dibalut baju koko
hijau muda, peci putih, dan celana panjang hitam dari bahan kain. Hidungnya
yang mancung dan tulang pipinya yang kokoh memperkuat aura keshalihan dan
kelelakiannya yang pasti menarik setiap wanita yang melihatnya termasuk ummahat
berjilbab panjang di hadapannya yang tengah berdesir sedikit darahnya
berhadapan dengan ikhwan yang jelas lebih tampan, lebih tegap, dan lebih muda
dari suminya kini. “Assalamualaikum, Teh,” ujar lelaki itu membuka suara.
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, apa kabar
Akh Ahmad?” Jawab sang ustadzah yang baru selesai siaran itu.
“Alhamdulillah ana bi khoir, Teh. Saya baik-baik saja.
Bagaimana tadi siarannya?” Lelaki tampan yang ternyata bernama Ahmad itu
sengaja atau tidak kian mendekat ke tubuh mungil lawan bicaranya yang tampak
begitu alim dan lembut itu.
Jantung sang ustadzah itu berdetak lebih kencang dari
keadaan normal menyadari gerakan ikhwan tersebut, wajahnya kian tertunduk,
walau tanpa bisa dipungkiri, ketampanan dan aura kejantanan yang terpampang
jelas di wajah Ahmad membuatnya tak bisa menahan diri untuk mencuri-curi
pandang pada Ahmad, “Aa…aall…alhamdulillah, lancar-lancar saja Akhi.” Ia pun
sampai tergagap-gagap karenanya.
“Krriiiing….krriiiing….,” sebuah bunyi dari handphone
di kantong sang ustadzah pun mengakhiri situasi yang hampir tak terkendali itu,
sampai-sampai sang ustadzah itu pun menghela nafas panjang saking leganya. Ia
merasa Allah telah menyelamatkannya dari hawa nafsu yang hampir tak bisa
ditahannya itu. Ia bergeser dan sedikit berpaling ke sebelah kanan,”sebentar
ya, Akh.”
“Iya, Tafadhol. Silahkan, Teh.”
“Assalamualaikum,” ujar sang ustadzah memberi salam
pada lewan bicaranya di telepon yang telah amat dikenalnya.
“Waalaikumsalam, Nih. Habis siaran ya? Kapan kamu
kembali ke Bandung?” Tanya seorang lelaki dengan logat sunda-nya yang khas di
ujung telepon.
“Hmm…kayaknya baru malam ini, A. Nanti mau ke rumah
Ummu Abdillah dulu di Radio Dalam. Memang ada apa A? Kapan pulang?” Jawab
ustadzah tersebut dengan suara yang sedikit dilembut-lembutkan karena lawan
bicaranya itu adalah sang suami tercinta. Namun itu sudah cukup membuat Ahmad
yang tanpa ia sadari terus memandangi wajah putih sendunya yang beitu mempesona
sedikit bergetar imannya. Sebagai lelaki, Ahmad pun tak bisa bohong bahwa
ummahat di hadapannya masih terlihat menarik walau telah memiliki beberapa
orang anak.
“Nggak ada apa-apa kok, tapi kayaknya Aa sama Rini
bakal lebih lama di sini. Masih banyak yang harus diselesaikan. Jadi tolong
jaga anak-anak ya, nggak apa-apa kan, Nih?” Lelaki yang dipanggil Aa tadi
menjelaskan.
Walau hatinya sedikit perih, namun ia memaksakan diri
untuk menjawab pertanyaan itu sekenanya, “Owh, nggak apa-apa kok, A. Ninih
nggak apa-apa di sini. Biar Ninih yang urus anak-anak. Ya sudah, A, lagi buru
buru nih, assalamualaikum.” Ustadzah yang ternyata bernama Ninih itu langsung
menutup telepon tanpa basa-basi lagi.
Ya, ustadzah yang baru saja siaran itu adalah Teh
Ninih, istri pertama Aa Gym yang alim dan begitu cantik. Saat ini, Aa Gym
tengah berada di Surabaya bersama Rini, istri kedua-nya, guna suatu urusan
dakwah. Dan baru saja suaminya itu menelepon karena urusan itu menuntut
tambahan waktu. Walau ia sudah berusaha untuk ikhlas, namun Teh Ninih hanyalah
seorang wanita biasa yang punya rasa cemburu dan butuh perhatian. Sudah
seminggu Aa Gym berada di Surabaya bersama Rini, madunya itu. Dan selama
seminggu pula Teh Ninih terlarut dalam kesendirian. Tak hanya fisiknya yang
lelah, batinnya pun lelah, rindu belaian mesra sang suami yang dicintainya.
Seperti tahu benar hal itu, Ahmad kembali menggeserkan
tubuhnya mendekati Teh Ninih. Dengan penuh aura kelelakian, ia pun membisiki
telinga kiri Teh NInih,”Teteh keliatan capek, istirahat saja dulu di ruangan
saya, sebentar saja.”
Bagaikan tersihir, Teh Ninih pun menganggukkan
kepalanya dengan anggun. Ummahat yang begitu indah dipandang inipun menggoyang-goyangkan
bongkahan pantatnya yang tercetak jelas di bagian belakang jubah putihnya
mengikuti Ahmad. Goyangan yang sedikit erotis dan menggairahkan itu sudah pasti
mampu menggugah iman setiap lelaki yang memandangnya. Walau telah beberapa kali
melahirkan anak lewat vaginanya yang mungil nan imut, tubuh Teh Ninih tetap
terlihat seksi dan menggairahkan. Ia adalah sosok perempuan sunda yang mampu
menjaga bentuk tubuhnya walau telah termakan usia. Walau telah berusaha menutup
diri dengan jubah dan jilbab panjang berwarna kuning, tonjolan payudara Teh
Ninih yang alim dan shalihah ini dapat kita lihat jelas, begitu montok dan
berisi, mengundang setiap insan untuk meremas-remasnya. Apalagi pagi ini ia
memakai jubah yang lebih ketat dari biasanya.
Begitu melihat Ahmad memasuki sebuah ruangan, Teh
Ninih pun berhenti sejenak. Sesaat ia membaca papan nama di depan ruangan
tersebut, “Ahmad Zaidi, Kepala Divisi Da’wah dan Syari’at Islam.” Dengan
perasaan tenang, karena yakin Ahmad yang baru dikenalnya di stasiun radio ini
sejak sebulan yang lalu itu adalah seorang ikhwan yang baik-baik, Teh Ninih pun
memasuki ruangan yang hanya berukuran 6 x 4 meter itu. Tanpa disuruh, Teh Ninih
langsung duduk di sofa yang berada di dekat pintu. Seperti kata Ahmad tadi, Teh
Ninih memang sedang lelah. Tak hanya lelah fisik, tapi juga lelah batinnya.
“Mau minum apa, Teh?” tanya Ahmad berbasa-basi sambil
berjalan menuju dispenser. “Teh manis, mau?”
“Boleh, Akh. Gulanya sedikit saja ya,” ujar Teh Ninih
sambil meletakkan tas tangannya di atas meja kaca di depannya. Ia tak merasa
canggung sedikitpun. Walaupun ia hanya berdua saja dengan seorang lelaki yang
notabene bukan mahromnya di ruangan itu, namun pintu ruangan itu dibiarkan
terbuka oleh Ahmad. Ia pun semakin yakin bahwa Ahmad tak akan berbuat
macam-macam pada dirinya.
Tanpa sepengetahuan Teh NInih, Ahmad mencampurkan
sejenis bubuk halus berwarna putih ke dalam minuman Teh Ninih. Ia pun
mengaduk-aduknya sambil memastikan bahwa Teh Ninih yang cantik itu tidak
memperhatikan apa yang baru saja ia lakukan. Agar tamu istimewanya ini tak
menunggu terlalu lama, Ahmad langsung saja membawakan cangkir putih berisikan
teh manis itu dan meletakkannya di depan ummahat berparas manis nan berbodi
indah itu. “Silahkan teh manisnya, Teh.”
“Iya, syukron ya Akh. Terima Kasih,” ujar Teh Ninih.
Ia langsung meraih pegangan cangkir yang dihidangkan di hadapannya itu sembari
menyeruput perlahan teh manis yang begitu nikmat itu dengan bibirnya yang
mungil dan berwarna merah muda. Sedikit demi sedikit, Teh Ninih menghabiskan
teh manis yang terasa begitu lezat di permukaan lidahnya itu. Ia rasakan
tubuhnya terasa panas seketika dan sedikit bergetar, namun ia membiarkannya.
Mungkin hanya sedikit efek hangat dari teh manis ini, pikir Teh Ninih.
“Ada apa, Teh. Kok kelihatannya gelisah begitu?” Teh
Ninih mulai menyadari kalau ini bukan sekedar efek hangat dari teh manis biasa.
Ahmad pasti telah mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya tadi. Kurang ajar
sekali ikhwan ini, pikirnya. Tubuhnya mulai berkeringat. Sekujur tubuhnya
terasa lemas dan kelopak matanya begitu berat. Dengan mata setengah menutup, ia
menggaruk-garuk kecil pundak kirinya dengan tangan kanannya yang lentik karena
terasa sedikit gatal. Untuk mengurangi rasa kantuk yang menerpa, Teh Ninih
mencoba mengalihkan pandangan pada kaligrafi surat Yaasin pada dinding di
belakangnya., namun usahanya itu tidak membuahkan hasil.
“Tidak, tidak apa-apa kok Akh Ahmad,” Ahmad yang jauh
lebih muda itu kini menyadari bahwa istri pertama Kyai Haji Abdullah Gymnastiar
itu telah masuk dalam jebakannya dan sebentar lai akan memasrahkan tubuh molek
nan sintal miliknya untuk digagahi Ahmad dengan penuh keikhlasan. Ahmad pun
semakin tak sabar dan segera mengambil tempat di sebelah kiri Teh Ninih. Ia
genggam tangan kiri Teh Ninih yang halus dengan tangan kanannya yang cukup
kasar. Sementara itu tangan kirinya mulai melakukan serangan fajar dengan
mengelus-elus pipi sebelah kanan Teh Ninih yang lembut bukan main dan penuh
aroma kewanitaan. Ia hadapkan wajah ummahat manis berjilbab yang tengah
berjuang melawan sensasi aneh yang disebabkan teh manis ajaib buatan Ahmad tadi
agar menghadap ke wajahnya. Ditatapnya mata yang tengah berpendar di balik kaca
mata itu dengan penuh kemesraan.
“Akh…..Ahmad. Jangan ya, kita kan bukan mahrom.
Lagipula nanti kalau ketahuan orang bagaimana?” Ahmad tak menganggap itu
sebagai penolakan. Teh Ninih tak sedikitpun menarik telapak tangan kirinya yang
tengah diremas-remas penuh nafsu oleh tangan kanan Ahmad, lagipula Teh Ninih
mengucapkannya dengan sedikit berbisik, penuh kelembutan dan keteduhan bagai
berbicara pada suaminya sendiri. Dan ketika Ahmad menarik lembut kepalanya agar
wajah mereka mendekat, Teh Ninih pun tak berpaling atau berontak sedikitpun. Ia
mulai menikmati sensasi seksual yang begitu nikmat menggerayangi tubuhnya.
Apalagi sudah sekitar 2 minggu suaminya tak sekali pun menyentuhnya. Sebelum Aa
berangkat ke Surabaya, ia sedang dalam keadaan haidh sehingga tak bisa digauli.
Baru kemarin darah haidhnya berhenti. Dengan kata lain, saat ini Teh Ninih
sedang dalam masa subur sehingga membuat birahinya begitu meledak-ledak.
“Tenang saja, Teh. Ahmad nggak akan nyakitin Teteh.
Ahmad cuma mau ngasih Teteh kenikmatan yang nggak akan pernah Teteh lupa.
Lagipula, nggak akan ada yang melihat kita di sini.” Kini bibir dua insan yang
bukan mahrom ini hanya berjarak sekitar 2 cm. Teh Ninih pun telah memejamkan
matanya sebagai tanda kepasrahan dirinya akan apa yang bakal terjadi setelah
ini. Walaupun telah beristri dan mempunyai 2 orang anak, Ahmad tak pernah
menghilangkan sosok ummahat bertubuh bahenol asal sunda yang sering mengisi
imajinasi liarnya ketika bermasturbasi. Kini, langsung di hadapannya, telah
terdiam seorang ummahat berjilbab kuning dan berjubah putih idamannya itu
sedangkan ia sendiri memakai baju koko hijau muda lengkap dengan peci putihnya
sebagai tanda kealiman dan keshalihan keduanya. Namun kini sang akhwat dengan
nakalnya telah memejamkan mata dan sang ikhwan pun tengah asyik meremas-remsa
tangan sang akhwat dengan syahwat membara. Tanpa terasa keduanya telah berada
di tepi jurang perzinahan.
Melihat Teh Ninih yang tak memberikan sedikitpun
perlawanan dan malah telah begitu pasrah pada keperkasaan dirinya, Ahmad pu
mengambil inisiatif.Sedikit demi sedikit ia menarik wajah Teh Ninih ke wajahnya
dan…hmmm…hhmmmch…..hhmmmmpff…bibir seksi nan indah seorang Teh Ninih telah
bersarang di bibirAhmad. Ahmad pun tak tinggal diam, dibelahnya sedikit demi
sedikitbibir ummahat yang juga merupakan ustadzah terkenal itu dengan mendorong
lidahnya yang kasar dan hangat. Tanpa kesulitan berarti, di mana Teh Ninih pun
telah begitu terangsang akibat gabungan efek dari obat yang diberikan Ahmad dan
gairahnya sendiri yang sedang berada di puncak, lidah Ahmda telah mampu
menembus rongga mulut Teh Ninih yang alim itu. Tak lama kemudian, kedua anak
Adam yang terkenal dengan keshalihannya itu telah saling hisap bibir
pasangannya diiringi pergulatan lidah di dalamnya yang begitu seru dan basah.
Entah karena reflek atau memang disengaja, tangan kanan Teh Ninih ganti
merangkul Ahmad hingga keduanya larut dalam pusaran syahwat yang begitu
menggairahkan.
Sebagai catatan, selama berbagai aktivitas itu
terjadi, pintu ruangan Ahmad, tempat semua kemesuman itu terjadi, sama sekali
tidak tertutup. Pintu itu terbuka lebar, sehingga orang-orang yang berjalan
dekat ruangan itu pasti bisa melihat segalanya. Karena itu, Ahmad berusaha
membuat suara sesedikit mungkin. Namun untungnya, ruangan Ahmad berada di ujung
sebelah barat kantor radio tersebut, sedikit terpisah dengan ruangan kantor
yang lain. Sehingga suara dari ruangan Ahmad tak akan bisa terdengar dari luar
atau bahkan tertelan hiruk-pikuk kesibukan kantor di pagi hari. Ditambah lagi
ruangan Ahmad juga dilapisi dengan peredam suara karena ia sering mengedit
siaran radio di ruangan tersebut.
‘Masya Allah….”, guman Ahmad. Dalam hati Ahmad sangat
kagum dengan ulah ustazah ini. Tanpa disangka sama sekali oleh Ahmad, Teh Ninih
bergerak begitu aktif. Tampaknya Teh Ninih telah begitu kuat menahan gairah
seksualnya selama ini sehingga terasa bagaikan bom waktu yang menggemparkan
ketika akan dilepaskan. Bibir dan lidah ustadzah kondang yang pernah dinobatkan
sebagai ibu teladan itu silih berganti memagut, memberi kenikmatan erotik pada
bibir lelaki beristri di hadapannya. Tampak keduanya tak lagi mengingat status
dan kedudukan diri mereka masing-masing. Keduanya telah hanyut dalam gelombang
syahwat yang menenggelamkan hasrat mereka berdua dalam lautan birahi kebinalan.
Ahmad yang merasa lebih berpengalaman membalas dengan tenang pagutan ummahat
berjubah putih itu, dijulurkannya lidahnya bagai anjing kelaparan agar segera
dihisap oleh ummahat di hadapannya itu,”hmmmm…hmmmm….hhmmppph….hhhmmmmpppf.”
“Duuh, Teteh. Kontol Ahmad jadi tegang neh. Tetek
Teteh merangsang banget, bikin horny. Boleh gak Ahmad pegang, sedikit saja?”
Ahmad mulai menunjukkan niatnya secara terang-terangan. Ia mencoba memancing
libido yang selalu tersimpan rapat-rapat dalam diri seorang ibu shalihah yang
tengah memagut liar bibirnya itu.
Entah setan apa yang tengah beraksi, atau memang
dorongan seksual ini begitu kuat. Nafas Teh Ninih mulai tak beraturan dan
jantungnya pun berdetak lebih kencang dari kecepatan normal. asa kantuk yang
tadi menderanya, berubah menjadi keinginan untuk memasrahkan diri secara total kepada
lelaki muda yang begitu tampan di depannya. Dengan lembut dan sedikit bergetar,
ia ucapkan dengan pasti, “Iya Mas….Pegang aja tetek Ninih, lakukan sesuka
kamu…”
Mendengar kata-kata penuh penyerahan diri seutuhnya
dari seorang ustadzah yang mulai mendesah-desah tak karuan itu, tubuh Ahmad pun
semakin panas. Tangan kirinya mulai menyelusup masuk ke balik jilbab panjang
Teh Ninih. Ia meraba-raba peyudara suci nan terawat milik ustadzah cantik itu
secara perlahan. Ia ingin membuat Teh Ninih merasakan sendiri getaran syahwat
yang menggebu-gebu setelah bagian sensitifnya ini jatuh ke tangan Ahmad.
Benarlah, sesaat kemudian, desahan-desahan pelan diselingi erangan binal
meluncur di antara bibir sang isteri kyai itu, “ssshh…akkhhhh….maasssshhh…mas
Ahmad, enak masssshh….!!”
“Iya Tetehku sayang, Ahmad tahu. Pintunya Ahmad tutup
dulu ya, biar kita tambah bebas.” Teh Ninih tak langsung menjawab, bibirnya
kelu dan hanya kembali memagut bibir Ahmad untuk meredakan gairahnya. Namun
sebuah cubitan nakal di tangan kanan Ahmad-lah yang kemudian menjadi lampu
hijau bagi Ahmad. Ia pun melepaskan kulumannya pada bibir Teh Ninih yang nampak
sedikit kecewa karenanya.
Dengan jantannya, Ahmad pun merebahnkan ustadzah yang
sudah horny itu di atas sofa. Ukuran sofa yang kecil memaksa kaki Teh Ninih
tidak bisa selonjor dengan penuh namun sedikit naik karena tertopang pegangan
sofa di seberang. Dalam keadaan tubuh ‘siap entot’ itu, Ahmad meninggalkan
ummahat seksi itu sesaat. Ia berjalan ke arah pintu ruangan dan menutup serta
menguncinya. “Cklik…” bunyi itu seraya menandakan telah terkuncinya iman kedua
insan yang sebenarnya telah mempunyai pasangan masing-masing ini, dan
tinggallah nafsu syaithan yang menjadi hakim di ruangan itu.
Ahmad pun kembali mendatangi sang bidadari surga pujaan
hatinya yang telah terkapar menahan birahi di atas sofa. Subhanallah, gumamnya
dalam hati. Tanpa dinyana pula, bidadari berjilbab itu mendesah dengan
binalnya, “Mas Ahmad, sini dong!” Teh Ninih yang manis itu telah membuka jalan
bagi imaji liar Ahmad dengan desahan lembut menggemaskan yang pasti merangsang
birahi setiap pria yang mendengarnya. Ahmad langsung melepas kancing baju
kokonya dari atas ke bawah satu per satu. Sesaat kemudian, tubuh tegap laksana
anggota TNI itu telah terpampang jelas di depan Teh Ninih yang tengah membuncah
nafsunya hingga memaksa ummahat itu menelan dalam-dalam ludahnya, “Mas
Ahmad…tubuh kamu seksi banget. Ninih jadi nggak tahan…”
Komentar binal seorang ustadzah terkenal itu membuat
syahwat Ahmad menggelegak. Ia langsung berlutut di sisi kaki Teh Ninih yang
penuh kepasrahan hati menelantangkan tubuh sintal khas sundanya si atas sofa.
Ahmad lepaskan sepatu hitam yang melekat di kaki isteri kyai besar itu, dan
mengendus-endus bau kaki yang menyengat nan menggairahkan di kaos kaki Teh
NInih. Ia tanggalkan kaos kaki berwarna krem itu dan langsung mencaplok jemari
kaki Teh NInih yang lentik dengan mulutnya.
Teh Ninih sampai terkaget-kaget dibuatnya. Tak pernah
sekalipun suaminya yang shalih itu memanjakan birahinya seperti ini. Aa Gym
hanya menganggap bersenggama adalah cukup dengan memasukkan kontol ke dalam
memek wanita, dan setelah itu selesai. Mungkin ulama besar seperti beliau
menganggap foreplay atau pemanasan seksual seperti ini hanya membuang-buang
waktu belaka. Padahal Teh NInih dan Teh Rini pun hanya wanita biasa yang butuh
sensasi-sensasi baru dalam kehidupan seksual mereka. Uups, Teh Rini? ya, Teh
Rini pun begitu haus akan rangsangan-rangsangan nakal seperti ini. Insya Allah
nanti saya akan ceritakan kisahnya.
Dan saat ini, seorang ikhwan yang telah mempunyai
isteri dan anak, bertubuh tegap, macho, dan berwajah rupawan sedang berlutut di
bawah kaki Teh NInih dan menjilat-jilat serta menghisap-hisap jari-jemarinya
yang indah. Hal itu seolah menghapuskan rasa dahaga Teh Ninih akan aktivitas
seksual yang sedikit di luar kebiasaan. Tanpa terasa, vagina suci miliknya
telah berdenyut-denyut kecil dan terlontar desahan dan erangan penuh luapan
syahwat dari bibir indahnya, “Ssaaa…aakkkhhhh…Mas Ahmad, enak sekali
kulumanmu….,”
Teh Ninih pun bertekad akan menundukkan diri sehina
mungkin di depan lelaki yang telah bangkitkan gairah masa mudanya yang haus
akan seks.
Tanpa terasa, Ahmad telah mengangkangi tubuh mungil
istri idaman itu di atas sofa. Ia telah menyingkapkan jubah putih Teh Ninih
hingga pinggang. Kini paha mulus dan berisi serta betis yang membujur indah
yang selalu dijaga dari pandangan orang itu telah terekspos bebas dan telah
dibanjiri air liur bekas jilatan Ahmad. Ya, Ahmad telah selesai menyapu bersih
sepasang paha dan betis indah seorang Teh Ninih, isteri Kyai Haji Abdullah
Gymnastiar yang selama ini hanya ada dalam lamunan joroknya dan menghisap
sejumlah besar air maninya yang habis ketika bermasturbasi menkhayalkan
bersetubuh dengan akhwat sunda(l) itu.
“Teteh kepanasan ya? Ahmad lepas aja ya jubahnya…” Teh
NInih tidak segera menjawab. Ia hanya memejamkan matanya sambil berdehem ringan
yang langsung diartikan Ahmad sebagai izin.
Dalam hati wanita sholehah itu tersadar akan dosa dan zina yag ia
lakukan.
Bagaikan terkejut, seolahia diingatkan akan dosa zina ini. Sesaat ia diam dan beristighfar.
“Astaghfirullah…Astaghfirullah… ia memohon ampun atas
dosa ini. Hanya sedetikia tersadar dari dosa ini.
Karena desakan
syahwat yang melanda dirinya tak mampu dilawannya. Ia tak sanggup menahan amuk
birahi yang melanda. Ia pun kembali larut dalam perzinaan yang nikmat dan
syahdu.
Dalam sekejap, jubah putih ummahat itu telah
tergeletak di atas lantai meninggalkan pemiliknya tanpa busana, hanya jilbab
kuning, bra putih dan celana dalam putih berenda yang tersisa menutupi tubuh
indah Teh NInih. “Teh, tubuh Teteh indah banget, putih, mulus, beda banget sama
punya isteri saya. Memek Teteh juga pasti lebih indah dan lebih legit!”
“Akh…Ahmad, malu neh. Jilbabnya gak dilepas sekalian?”
Teh NInih mulai membuka mata dan membalas perkataan-perkataan cabul Ahmad.
“Nggak usah, Teh. Ahmad lebih suka Teteh pakai jilbab
itu. Lebih cantik dan lebih anggun. Jadi lebih semangat buat merasakan manisnya
tubuh ustadzah kayak Teteh.”
“Panggil aku Ninih saja ya Ahmad. Mau kan”
“Iya deh, NInih sayang. Kamu kok binal banget sih.
Akhwat binal kayak kamu tuh cocoknya dientot tiap hari sama kontol gede
ku. Ya, akhirnya sang ustazah itupun
kehilangan sifat-sifatnya yang santun dan alim. Akhwat sunda itu telah menjelma
sebagai akhwat binal dan sundal (bukan sunda lagi).
Ruangan sempit itu, juga busana muslimah Teh Rini yang
telah berserakan di lantai semua telah terjadi. Seolah busana muslimah yang
sehari-hari dipakai sang ustazah itu menjadi saksi atas perzinaan pemiliknya.
Begitu juga jilbab yang masih dipakai Teh Ninih, seakan menjadi saksi bisu atas
perbuatan dosa ini.
Mau lihat kontol Ahmad gak? Banyak bulunya lho…”
Kata-kata cabul AHmad membuat Teh NInih tambah terangsang. Ia tak memperdulikan
lagi bahwa Ahmad adalah suami orang.
“Mas Ahmad….Mau dunk. KAsih lihat kontol kamu sama
Ninih dong.”
“Apa NIh? Ahmad nggak denger. COba ulangi lagi?” Ahmad
pun memancing rasa penasaran ummahat yang sudah setengah telanjang itu dengan
menyodorkan daun telinga sebelah kanannya. Syahwat Teh NInih pun makin berkobar
melihat tingkah Ahmad yang seperti mempermainkan dirinya.
Dengan birahi terbakar dan siap meledak, Teh NInih
meraih telinga Ahmad san berbisik lembut, “Ahmad sayang….kasih liat dong kontol
kamu sama Ninih. Nanti Ninih kasih liat memek NInih deh, mau ga? Teh Ninih
merasa begitu terhina dengan tindakannya sendiri. Ia merasa harga dirinya telah
tercabik-cabik di depan ikhwan perkasa ini. Ia langsung terkapar lemah
sedangkan Ahmad malah makin bersemangat mendengar bisikan luapan syahwat
ustadzah alim yang telah menunjukkan kebinalannya itu telah ikhlas sepenuh hati
merelakan bagian paling sensitif dan paling suci miliknya untuk dijamah Ahmad.
“Iya deh Ninih Sayang. Ini Ahmad buka kejantanan
Ahmad, habis Ninih maksa teruz sih” Tanpa butuh waktu lama, Ahmad, sang suami
shalih yang merupakan kepala divisi dakwah di stasiun radio tersebut, telah
menelanjangi dirinya sendiri. Ia hadapkan kontolnya yang telah menegang dan
mengangguk-angguk seksi itu pada wajah ummahat shalihah di depannya. Ia
sorongkan seonggok daging berurat yang berdiameter 5 cm dan panjang yang lebih
dari 20 cm serta berkepala kemerahan bekas sunat itu pada bibir Teh Ninih.
Ahmad tersenyum melihat Teh Ninih yang terkagum-kagum
melihat batang kemaluannnya. Ustazah cantik itu menelan ludah, sementara kontol
Ahmad menganggguk-angguk tepat di dekat wajah sang ustazah. Teh Ninih
menjulurkantangan menggapai batang perkasa itu…. dan….Ahmad mendesis sshhhh………
Teh, bolehkah
aku menyentuh memek kamu ?
Tangan Ahmad
turun ke bawah meraih bawah perut Teh Ninih, turun lagi, dan mengusap-usap
gundukan daging yang terletak di bawah perut sang ustazah.
“Ya Allah….. Teh Ninih……empuk sekali memek kamu Teh…”
Teh Ninih yang
masih mengenakan jilbab itu memejamkan mata menikmati usapan-usapan lembut di
kemaluannya.
Cukup lama tangan Ahmad bermain-main di kemaluan Teh
Ninih. Tangan Ahmad yang telah terlatih begitu lembut mengusap-usap daging
empuk aurat milik sang ustazah. Dibelai-belai, dan diremas secara ritmis nan
lembut, membuat Teh Ninih tak mampu lagi bertahan.
Pertahanannya runtuh total. Iman nya pun jebol.
Ayat-ayat suci
Alqor’an yang selama ini menjadi pagar dirinyapun tak lagi diingatnya.
Seratus persen
Teh Ninih telah berniat menuntaskan perzinaan terlarang ini.
Di ruangan yang sempit itu, seorang muslimah suci
telah melepaskan jubah putih sehingga
telanjang di
hadapan seorang lelaki yang bukan suaminya. Hanya jilbab yang masih tersisa di kepalanya.
Dan sang lelaki
bernama Ahmad itu terus membangkitkan birahi sang ustazah, terus mengusap dan
membelai-belai daging empuk di bawah perut Teh Ninih. Tangannya masuk ke dalam
celana putih berenda milik sang ustazah. Dengan kelima jari yang seolah bekerja
secara kompak, jari-jari itu menggelitik setiap inci daging montok itu.
Sementara si wanita cantik berjilbab itu merintih-rintih menahan nikmat.
Akhwat Sunda(l) itu telah menjadi akhwat binal yang haus akan sex, dan sang akhwat
cantikjelita itu telah bertekad untuk
menuntaskan perzinaan yang syahdu ini.
“Subhanallah… Subhanallah….., memek kamu indah banget
Teh?” Ahmad membisik
“Mas Ahmad…oughh……..”, hanya desis lirih yang keluar
dari mulut sang Ustazah cantik itu.
“Teh NInih…
bolehkah kontolku bersilaturahmi ke dalam memek kamu Teh?”
“Ouhh…apa mas
Ahmad?”, nafsu birahi membuat Teh Ninih tak begitu jelas mendengar kata-kata
Ahmad.
“Bolehkah
kontolku bersilaturahmi ke dalam kemaluan kamu?”, Ahmad mengulang kalimatnya.
Nah teman-teman tahu kan? Apa yang dimaksud si Ahmad
dengan ‘silaturahmi’.
Silaturahmi
yang semestinya adalah kunjungan ke teman atau saudara, telah bermakna lain.
Tentu
silaturahmi di sini adalah masuknya batang kontol Ahmad ke lobang kemaluan Teh
Ninih.
Silaturahmi
dalam tanda petik yang berarti perzinaan da itu yag kini sedang terjadi
Dan jilbab suci sang ustazah , menjadi saksi atas
perzinaan itu. Begitu pula dengan busana muslimah yang berserakan di lantai
yang sedari tadi lepas dari tubuhnya. Andaikan saja jubah
putih yang tergolek dilantai itu punya mata dan telinga, pasti bisa ikut
menikmati persenggamaan dan perzinaan yang sedang dan akan dilakukan oleh
pemiliknya.
(bersambung…………..DITUNGGU KOMENTARNYA……)
Nantikan episode ke-3 nya y…..
Teh Ninih yang telah dimabuk birahi itu begitu
penasaran akan sebatang kontol yang mengangguk-angguk penuh nafsu di
hadapannya. Ia pun mulai mengelus-elus kontol yang telah begitu tegang itu
dengan tangannya yang lembut. Entah sadar atau tidak, tangan kanan Teh NInih
bergerak dari depan ke belakang berkali-kali dengan tempo sedang. Ini membuat
semacam kocokan yang makin membangkitkan gairah Ahmad yang sudah telanjang
bulat.
Demi merasakan kocokan lembut ummahat berkacamata itu,
Ahmad semakin ditenggelamkan oleh birahinya sendiri. Ia letakkan lututnya di
atas sofa dan memajukan penisnya yang begitu bergejolak sehingga menyentuh
bibir merah muda ustadzah shalihah itu. JIlbab kuning panjang Teh NInih
terlihat sedikit basah akibat keringat yang mulai mengucur sehingga menampakkan
dengan jelas body indahnya pada Ahmad. “Ayo dong, Ninih sayang….Masukin kontol
Ahmad ke dalam mulut indah kamu. Ahmad boleh kan ngentotin mulut NInih? Akkhhh…
Ayo Nih, gedean mana sih kontol Ahmad sama punya Aa?”Gesekan-gesekan
pergelangan tangan Teh NInih di bulu kemaluan Ahmad yang hitam, keriting, dan
lebat itu membuat Ahmad gemetar bukan kepalang.
“Iya sayang…masukin aja kontol kamu ke mulut NInih,
Ninih pengen banget ngemut kontol kamu. Habisnya punya kamu jauh lebih besar
dan lebih panjang daripada punya Aa.”
“Duh, kamu kok ngomongnya begitu sih Nih….Kamu ustadzah
dan ummahat tapi omongannya kayak pelacur. Kontol aku kan bau banget.” Ahmad
semakin puas menghina isteri pertama Kyai kondang yang dipuja banyak orang itu.
Kata-kata kotor terus keluar dari bibir Ahmad sementara tangannya memegangi
kepala Teh NInih yang terbungkus jilbab bagai memegangi kepala PSk pinggir
jalan.
“Nggak apa-apa AHmad sayang…NInih suka kok kontol
bau!” tanpa pikir panjang lagi, Teh Ninih langsng memasukkan kontol Ahmad yang
besar bukan main dengan gerombolan urat di batangannya yang telah membiru ke
dalam mulutnya. Ia telan bulat-bulat kontol yang telah berlendir di ujungnya
itu, menunjukkan betapa terangsangnya pemiliknya.
“Terus NInih…OOhhh, ternyata kamu doyan sama kontol
gede ya?” Ahmad terus mendesah dan mengerang menikmati mulut dan lidah ummahat
sekelas Teh NInih yang sedang memanjakan kemaluannya. Sementara itu Teh NInih
pun tak bisa berbuat apa-apa saking asyiknya ia mengulum kejantanan pria shalih
di hadapannya. “OOhh, Ninih sayang…begini yoh rasanya ngentot mulut Teh NINih.”
“Begitu panasnya permainan kedua insan ini, di mana
Teh NInih tampak begitu lihai mengoral penis Ahmad sampai Ahmad terheran-heran
karenanya. 10 menit kemudian, Ahmad merasa gejolak nafsu di kontolnya sudah tak
tertahankan lagi. “Ninih lonteku…..mana janjimu tadi, katanya mau kasih liat
memek kamu!”
Seperti robot yang selalu menurut apa kata tuannya,
Teh Ninih langsung memelorotkan celana dalamnya yang ternyata telah dibanjiri
cairan cintanya akibat rangsangan-rangsangan yang dilancarkan Ahmad
betubi-tubi. Tak lupa ia tanggalkan pula bra putihnya hingga bagian-bagian
paling vital dan sensitif itu tersingkap sudah. “Ahmad sayang, Ninih udah
telanjang neh…..Entotin Ninih ya, Ninih lagi subur banget neh…”
Mendengar pengakuan jujur itu, darah Ahmad langsung menggelegak.
Berarti pagi ini ia akan menikmati manisnya kemaluan seorang isteri yang begitu
alim ini lengkap dengan butir-butir ovum yang hangat, baru saja matang, dan
pastinya siap untuk dibuahi benih-benih sperma yang begitu kental miliknya.
“Ninih, kamu mau aku hamilin…?” Bisik Ahmad lembut di
telinga Teh Ninih.
Teh Ninih pun menjawab tak kalah lembutnya, “Mau
sayang…..entotin Ninih sampai hamil ya.” Ahmad langsung mengambil posisi
mengangkangi pinggul sang Teteh pujaannya. Ia singkap sedikit bulu kemaluan
ummahat yang cukup lebat itu karena belum sempat dicukurnya. Dibelahnya sedikit
demi sedikit memek suci nan harum itu hingga ia melihat dengan jelas lapisan
merah muda dengan butiran sebesar kacang menggantung di atasnya. “Akkhh…Ahmad,
cepet masukin kontol kamu. Entotin aja Ninih sepuasmu…”
Seperti tak ingin cepat mengakhirikenikmatan ini
begitu saja, Ahmad hanya mamarkir kepala kontolnya yang menggunung itu di
sela-sela rerumputan hitam yang menutupi gundukan bukit menggemaskan milik
seorang ustadzah terkenal itu. Sebagai gantinya, ia merapatkan dadanya ke
payudara Teh NInih dan menggesek-gesekkannya. Tak lupa payudara montok dan
kencang itu walau tak begitu besar ia remas-remas sambil sesekali memelintir
putingnya yang kecoklatan.
“Aakkkhhhh….Ahmad sayang” Teh Ninih serasa menenggak
anggur merah ketika diperlakukan seperti itu. Ia telah mabuk dalam kubangan
nafsu kebinatangan yang terlarang akibat birahinya sendiri. Ahmad, yang
sekalipun shalih dan bertubuh tegap, namun tetap saja sebenarnya ia tak boleh
menikmati manis dan harum tubuh dan alat seksual ummahat itu. Namun kini, Ahmad
tengah menumpahkan birahi jalangnya pada tubuh indah nan seksi ummahat itu.
Gilanya lagi, Teh NInih bukannya berontak atau menghindar, namun ia malah
mengizinkan bahkan memaksa Ahmad untuk berbuat cabul pada dirinya. Bahkan
gesekan-gesekan kontol Ahmad pada bibir vaginanya membuatnya begitu tersiksa.
Bagai kesetanan, Teh Ninih langsung memeluk tubuh Ahmad yang mulai basah akan
keringat erat-erat dan mencakar-cakari punggung ikhwan perkasa itu, “Sialan
kamu Ahmad….cepet masuki kontol kamu ke memek aku. Entotin Ninih
sayaaaaaaannnggg…..!”
“Duh, kok omongan Ninih kayak pelacur gini sih. Kamu
kan ummahat shalihah, jilbab kamu aja panjang banget gini.”
“Iya aku pelacur sayang….aku perek jalang, aku budak
seks kamu. Cepet yang…..ayo ngentot sama NInih, genjoti memek NInih
keras-keras…”
Tak mau membiarkan bidadari berkacamata itu lebih
tersiksa lagi, Ahmad pun menurunkan pinggulnya perlahan. Tanpa harus diperintah
lagi, kepala kontol yang cukup besar itu mulai beraksi membelah vagina yang
telah melahirkan beberapa orang anak itu. “Teh…memek Teteh kok anget banget
sih. BEda sama punya isteri Ahmad….Ahmad suka banget memek Teteh,
OOOOhhhh…telen kontol Ahmad dong pake memek Teteh.”
Entah kenapa Ahmad kembali memanggil Teh NInih dengan
sebutan Teteh. Mungkin menurutnya, kata ‘Teteh’ terdengar lebih erotis daripada
kata ‘Ninih’. Dan itu terbukti, Teh Ninih yang semula sedikit pasif, kini aktif
kembali. Dengan kelamin yang sudah berkedut-kedut tak karuan, dan daraf
sensualnya yang terus berkontraksi, Teh Ninih mulai menghisap-hisap kontol
Ahmad yang berusaha menyeruak ke dalam rongga vagina yang sebenarnya haram
buatnya.Teh Ninih pun kembali mendesah-desah binal seolah memberi semangat pada
Ahmad untuk segera menyetubuhinya. Setelah beberapa saat mengempot-negmpot
kepala dan batang kontol Ahmad, Teh NInih pun dapat merasakan kejantanan yang
lebih besar daripada yang biasa ia layani sebelimnya itu menerobos masuk ke
dalam organ vitalnya.
“Akkhhh…Teteh….Ahmad masuk, Teh. Bismillahir Rahmannir
Rahiiiiiiiiiiiimmmmmm.” KOntol Ahmad pun langsung amblas dalam hangatnya rongga
kelamin Teh Ninih. “Teteh ikhlas kan saya entot?”
Teh NInih langsung menggeletar ketika merasakan
sebatang penis dengan kehangatan dan ukuran yang jauh berbeda dari milik
suaminya tercinta, memenuhi rongga memeknya. Rasa kenikmatan itu terus menjalar
ke seluruh tubuh, apalagi ketika Ahmad menarik kontol yang begitu ia banggakan
itu disertai hentakan keras menekan dinding kemaluan suci itu setelahnya,
hingga si empunya sampai menggelinjang dan mengangkat dadanya tinggi-tinggi.
“Teteh ikhlas kok yang……Teteh ikhlas dientot sama kamu” Ahmad mulai melakukan
kocokan erotis pada vagina mungil Teh Ninih itu berkali-kali hingga Teh Ninih
tak mampu membuka matanya saking nikmatnya genjotan Ahmad. Apalagi tak
henti-hentinya Ahmad meremas-remas peyudaranya dan melumat bibirnya yang merah
muda. “OOOhhh…ampun Ahmad. Ennnaaakkkk bangeeeettt…..entoti Teteh truz
sayaaaannngg….” Ummahat itu begitu histeris ketika Ahmad meningkatkan tempo
genjotannya. Untungnya, teriakan binal ummahat yang begitu keras itu langsung
diredam Ahmad dengan bibirnya agar tak terdengar keluar.
Ternyata urat-urat di batang kontol Ahmad telah
benar-benar membuat Teh Ninih menjadi gila. Ia pun turut menaik turunkan
pinggul dan pantatnya yang montok seirama dengan goyangan erotis Ahmad.
Keduanya telah sama-sama bercucuran keringat saat Teh Ninih melingkarkan
kakinya di pinggul Ahmad sehingga ikhwan itu semakin mudah melesakkan kontol
hitam legam nan besar miliknya ke dalam kemaluan menggemaskan milik ustadzah
yang telah begitu binal itu, “OOOhhh….ooohh….yes….Teteh gila, memeknya
unstadzah legit banget euy….Ahmad doyan ngentotin Teteh…”
Setelah sekitar 30 menit digagahi oleh Ahmad dengan
liarnya, gelora birahi Teh Ninih hampir sampai di puncak kenikmatan untuk
kesekian kalinya. Ia mulai meracau dan berteriak-teraik tak karuan, nafasnya
sudah begitu memburu demi menatap kemaluannya yang cantik itu dipompa tanpa
ampun oleh ikhwan yang tak henti-hentinya menghembuskan nafasnya yang panas dan
penuh gairah ke wajah Teh Ninih. “OOhhh…Ahmad. Teteh mau keluar lagi
neh…..semprot memek Teteh pake peju kamu dong yang anget n lengket…..ampuni
Teteh ahmad……”
Ahmad pun menambah intensitas genjotannya pada vagina
yang masih begitu sempit dan hangat itu ia rasakan. Ia merasa nafsu iblisnya
telah hampir sampai di batas maksimal. Dan begitu Ahmad merasakan derasnya
gelombang yang menjalari batang kemaluannya……ia pun mendekap tubuh sang ummahat
idaman dan melesakkan kontolnya sedalam mungkin.
“Aaaaaaaaakkkkkkkkkkhhhhhhhhhh……rasain nih peju Ahmad,
Dasar Teh NInih pelacur jalang……..”
“Crrrrroooooootttt…..cccrrrooooottt…” Semburan lava
panas nan lengket itu pun menghentak-hentak menghantam dinding memek Teh Ninih
sehingga mebuat benteng birahi ustadzah berjilbab panjang itu hancur lebur. Ia
balas memeluk Ahmad dan mencakar-cakari apa saja yang ia bisa raih dari tubuh
Ahmad. Tubuhnya berkelojotan dan menggelinjang bagai seekor anjing betina yang sedang
disemprot air mani si jantan. Dan akhirnya….Teh Ninih pun melepaskan cairan
cintanya yang paling suci dan paling penuh dengan ovum hingga ia terkulia lemas
tak bertenaga.
Seiring dengan terlepasnya cairan cinta keduanya,
ahmad pun langsung roboh di atas tubuh Teh NInih. Dengan penis yang masih
bersarang di memek Teh Ninih seraya menyemprotkan kedutan kedutan kecil
penghabisan, Ahmad pun menciumi wajah Teh Ninih sebagai ucapan terima kasih. Ia
merasa sedikit bersalah karena telah merusak kehormatan dan kesucian seorang
Teh Ninih yang tampak menggulirkan setetes air mata dari sudut matanya.
Semsntara itu, pasangan zinanya itu kini telah tak sadarkan diri setelah
dipuaskan sepuas-puasnya oleh kuda binal berkontol panjang itu. Segaris senyum
tersungging di bibirnya menyiratkan perasaan hatinya yang begitu
bahagia.Keduanya pun terus berpelukan bagai tak mau dipisahkan hingga adzan
zhuhur membangunkan keduanya.
Aku tak tahu
apa maksud Teh Ninih membawakan ke luar kota Bandung arah Padalarang, aku
sangat menghormati Teh Ninih yang sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri, walau
selama ini pertentangan kami bisa dirukunkan. Aku tak menyadari ternyata ajakan
Teh Ninih padaku merupakan curhat yang tidak pernah kubayangkan. Aku tidak mau
dicap perebut suami orang, akan kujelaskan pada Teh Ninih apa yang ada
dihatiku.
Teh Ninih
mengatakan ini pertemuan rahasia, ketika kutanyakan lebih jauh, Teh Ninih hanya
tersenyum saja, jadilah aku menurut, walau aku harus bersaing mendapatkan
perhatian lebih dari Aa Gym. Mobil yang kustir itu aku diarahkan masuk ke
villa, Teh Ninih sendiri yang membuka gerbang kemudian mengunci gerbang itu.
Aku pun keluar dari mobilku. Aku diajaknya masuk.
“Mari Teh Rini
.. kita masuk ya .. hawa dingin sih .. dah sholat Azar belum ? “tanya Teh Ninih
padaku dengan senyum sumringah.
“Alhamdulillah
… Sudah Teh .. aku tak pernah lupa sholat .. “jawabku singkat dengan mengikuti
Teh Ninih masuk ke ruangan depan villa itu. Ketika aku hendak duduk, aku justru
diajaknya ke ruangan tengah karena Teh Ninih ingin bicara di dalam saja, aku
pun menurut, ketika aku masuk duluan itu, aku kaget dan terperanjat ketika ada
tangan membekapku.
“Mmmmmmmmmmmmmhhh
…….. “ aku hanya bisa bersuara demikian, aku semakin marah karena yang
membekapku itu semakin kurang ajar meremas remas dadaku, terdengar suara yang
membuatku tergidik.
“Teh Rini
memang seksi habis .. aku pengin mengkontoli dirimu .. “ suara itu sampai
membuatku shock luar biasa, aku sangat ketakutan, aku sampai mau pingsan ketika
melihat Teh Ninih hanya tersenyum saja berlalu ke arah depan membuka kamar.
Aku berontak
dengan kuat, aku tak mengira, Teh Ninih benar benar biadab padaku, kukira
hatinya bersih namun malah menjadi iblis. Aku tetap berontak namun aku kalah
tenaga, dengan santai Teh Ninih bicara. Aku sampai tercengang merasakan ada
benda keras menempel ke pantatku, bentuk besar dan sampai membuatku semakin
merinding, aku berdoa jangan sampai aku jatuh dalam cobaan ini.
“Bawa ke dalam
sayaaaaaaang .. silakan kontoli Teh Rini sepuasmu .. “ sahut Teh Ninih dengan
santai. Mataku sampai melotot mendengar Teh Ninih bicara sangat vulgar. Aku
masih belum bisa melihat lelaki yang membekapku, suara yang sangat asing
bagiku. Aku tak mengira mendapatkan cobaan sangat berat, aku hendak diperkosa
lelaki. Ternyata Teh Ninih mempunyai selingkuhan.
Aku dilemparkan
ke ranjang, ketika aku berdebam di ranjang itu barulah.
“Teh .. apa
apaan ini .. tolong Teh .. kenapa Teteh berubah seratus delpan puluh derajat ..
ingat neraka Teh .. jangan lakukan .. tolong .. tolong ! “ keluhku dengan
menatap bergantian ke Teh Ninih dan lelaki itu. Teh Ninih hanya tersenyum saja,
mendekati, aku melayangkan tanganku, namun ketika tanganku menampar lelaki itu
menahan tanganku.
“Malam ini Teh
Rini akan menjadi istriku kedua suami gelapku .. suami yang hanya khusus urusan
kontol dan memek .. “ sahut Teh Ninih dengan tersenyum simpul dan menarik
gamisku, aku berontak karena Teh Ninih tidak hanya menarik namun merobeknya.
“Jangaaaaaaaaaaan “ tolakku ketakutan ketika
lelaki itu mendekati aku dan memelukku.
“Kenalkan
suamiku Teh .. namanya Burhan .. dia sudah berkali kali memberikan kepuasan
batiniah padaku .. aku adalah betina muslimah yang utama .. dan kau Teh Rini ..
kau adalah istri kedua baginya ..kau adalah betina muslimah yang kedua ..
porsimu yang menentukan aku “ sahut Teh Ninih dengan buas merobek robek
gamisku. Aku tak mengira, Teh Ninih yang kukenal kini berubah sangat bengis dan
benci padaku.
“Kau telah
membuatku menderita Teh .. menderita .. kini aku ingin kau juga menderita ..
TIDAK ! kau akan senang memekmu di kontoli Burhan .. “ sahut Teh Ninih sampai
membuatku terpana, aku mengenal Teh Ninih sebagai seorang muslimah yang alim,
taat, religius, namun kini sudah berubah total, bicaranya tidak mencerminkan
seorang hajjah atau muslimah, tapi seorang pelacur.
“Dasar pelacur
“ makiku tak terima, aku merasa yang berada di hadapanku bukan teh rini
sebenarnya, namun Teh Ninih yang sudah dikendalikan oleh lelaki bernama Burhan
itu.
“Aku memang
lonte Teh .. dan kau juga lonte malam ini .. “ dengus Teh Ninih dengan nada
kesal. Aku hendak berontak namun Burhan sudah memelukku, meremas remas buah
dadaku dan menggelitik di kemaluanku. Aku menangis, menyesali mengapa mau
diajak bertemu dengan Teh Ninih namun justru aku dikorbankan pada selingkuhan
Teh Ninih ini.
“Kau apakan dia
“ teriakku dengan parah pada Burhan. Aku tak menyangka, Teh Ninih kemudian
membuka gamisnya sendiri, kemudian dengan cepat membuang celana dalam dan
branya, aku baru kali melihat tubuh polos teh rini. Haram bagi hukum Islam jika
dua istri satu ranjang
aku terpikat
dengan Burhan .. aku tetap Teh Ninih yang kukenal .. namun aku tidak bisa mengengkang
birahiku .. aku puas dikontoli pacarku itu .. dan sekarang .. dia meminta
dirimu .. “
“Insyaf Teh ..
Insyaf .. ingat … kenapa dengan Teh
Ninih .. “ kataku dengan perasaan kalut luar biasa, aku tak mengerti jalan
pikiran Teh Ninih yang nyatanya berselingkuh itu, sejenak kuamini memang
semenjak aku dinikahi Aa Gym, Teh Ninih merasa kesepian. Burhan semakin nakal
memeluk, aku hendak melawan, namun aku malah diancam Teh Ninih.
“Akan kuijinkan
kau memiliki AA Gym .. namun malam ini kau harus menghadapi ujian batin ..
kontol Burhan harus masuk memekmu “ ancam Teh Ninih dengan tersenyum padaku.
Habis berkata
dengan Teh Ninih menari celana dalamku, aku bertahan berontak, kakiku menendang
nendang, namun kakiku tidak bisa bebas karena Burhan tenaganya kuat, aku
menangis sejadi jadinya. Habis itu Burhan menindihku, melumat bibirku dengan
rakus, aku tidak menanggapi lumatan itu, aku merasa najis terhadap lelaki
kurang ajar ini, enak aja menggeluti istri orang. Apalagi istri milik ustad
terkenal.
“Bangga ya jadi
istri Aa Gym .. merasa menjadi manusia istimewa “ sahut Burhan sehabis menyerbu
bibirku, aku langsung meludahi mukanya
“Ccuuuuuuuuuuuuuuuuuuh “
Ludah itu
mengena muka Burhan, namun Burhan tidak marah, Teh Ninih kemudian ke belakang
kepalaku, mencekal kedua tanganku
“Jangaaaaaaaaan
Teeh .. ampuni akuu .. Laknatullah ada padamu “ ancamku pada Teh Ninih.
“Oh ya ?” sahut
Teh Ninih dengan enteng kemudian tertawa.
“Segera
rangsang Teh Rini sayaaaaaaaaaang .. buat dia mengerang erang puas kau kontoli
.. “ sahut Teh Ninih dengan tergelak, aku menjadi ketakutan ketika lelaki ini
membuka celana kolornya. Penis besar itu teracung di atasku. Aku tidak kuat
memandang benda ngaceng besar itu, kontol itu pelan pelan ditempelkan ke
pipiku, aku masih berjilbab namun bagian bawahku sudah tidak karuan, hanya
menyisakan bra dan celana dalam, gamisku sudah terlepas akibat disobek sobek
Teh Ninih, istri pertama dari suamiku Aa Gym. Aku sampai takut luar biasa, aku
mau diperkosa.
“Cara enak atau
kasar lonteku, Hajjah Ninihku sayaaaaaaaaaang .. pilih donk “sahut Burhan
dengan mesra pada Teh Ninih. Aku sampai tergidik, Burhan memanggil Teh Ninih
dengan istilah lonte, dan Teh Ninih hanya tersenyum saja, aku sampai hendak
pingsan.
“Lontemu ..
pilih yang enak saja .. aku tidak mau Teh Rini dikasari .. dia milikmu sayaaang
.. silakan kau kontoli .. “ sahut Teh Ninih dengan memegang kedua tanganku
kuat.
“Kontoli dulu
cepaaaaaaaat “ sambung Teh Ninih dengan gemas. Burhan langsung mundur dan
memegang kedua kakiku yang berontak, Burhan langsung menjilati kemaluanku, aku
berontak kuat, berkali kali aku menggeliat
“Teeeeeeeeeh ..
aaaaaaaampuuuuuuuun .. jangaaaaaaaaaaan .. jangaaaaaaaaaaaaan .. biadaaaaaab kau Teeeeh .. dasaar wanita iblis
“ makiku pada Teh Ninih. Teh Ninih hanya tersenyum saja.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh jangaaaaaaaan
aaaaaaaaaaaaah .. pleaseeeeeeee .. bajingan kau .. bangsat kau .. “ makiku pada
Burhan yang sangat kurang ajar menjilati kemaluanku, aku menjadi cepat basah,
lidah itu menjulur julur membuka jalur auratku.
Burhan dengan
rakus menjilati auratku, aku lama lama semakin kehabisan tenaga, percuma
melawan, tak lama lagi batang besar itu akan mengoyak auratku.
“jangan biarkan
aku menderita “ keluhku dalam hati, namun akibat jilatan itu aku merasakan hal
yang berbeda, aku selalu diperlakukan lembut oleh Aa Gym.. dalam berhubungan
badan dengan Aa Gym masih saja ceramah yang diberikan. Namun kini aku akan
merasakan hubungan badan dengan kata kata vulgar.
Aku menggeliat
tak karuan merasakan jilatan dan sedotan itu.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaauh .. “ erangku ketika
Burhan menaikan cup braku dan meremas buah dadaku dengan nakal, aku menjadi tak
karuan, aku menjadi habis tenaga, aku menggelinjang didada menghidanri remasan
nakal itu. Kedua tanganku terkunci dipegang Teh Ninih. Aku merasa harga diriku
dijual pada lelaki ini, istri pertama suamiku yang menjualku. Aku dijadikan
budak olehnya. Aku terpejam merasakan rasa itu, pelan pelan aku merasakan
nikmat, namun aku tetap membenci kedua makhluk terkutuk ini. Aku tak menyadari
ketika lidah dan bibir itu menjauh dari auratku, tiba tiba aku membuka mataku,
merasakan ada benda tumpul menekan ke auratku
“Aaaaaaaaaaaah
.. jangaaaaaaaan … “ tolakku dengan berusaha menghindar namun aku tak kuasa.
“Teh Rini
memang montok … memekmu benar benar sempit .. “ kata Burhan dengan menekan dan
membuatku kesakitan, penis ketiga yang berhasil masuk dalam tubuhku. Kurasakan
benda itu menekan dengan kuat, dinding auratku terasa tergesek, aku menjadi
terpejam, aku tidak bisa melawan, aku harus mengalah, tak ada gunanya. Aku akan
melaporkan kedua iblis ini pada polisi, tapi kalo ketahuan publik aku dijual
sama Teh Ninih apalagi jadinya, Aa Gym akan sangat malu.
Kedua pahaku
dipegang dengan kuat, Burhan menarik kemaluannya kemudian mendorong lagi, aku
sampai menggeleng geleng. Aku sudah tidak punya tenaga lagi, pelan pelan
tanganku lemas tidak mengcengkeram kuat lagi, Teh Ninih melepaskan kedua
tanganku, Burhan langsung menindihku.
Penis besar itu
mendesak paksa masuk ke dalam auratku, kurasakan sakit bercampur nikmat, aku
langsung dilumat bibirku, aku tetap tidak menanggapi lumatan itu, namun Burhan
terus merangsangku
“Ssssssssssssssssssshh hhhhhhhhhh
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh jangaaaaaaaaaan .. jangaaaaaaaann .. berhenti .. jangaaaaan
perkosaa aaaaaaaaaakuu “ keluhku dengan suara berat.
“Kita akan
pesta seks sayaaaaaaaang .. nikmatilah sayaaaaaaang .. Teh Rini sayang .. sudah
lama aku mengidamkan dirimu .. “sahut Burhan dengan mendesakkan lagi penisnya
sehingga menabrak dinding terdalam auratku.
“Ayo genjotin
aja sayaaaaaaaaaaaang .. ntar gantian memek Bu Hajjah Ninih .. “ ucap Teh Ninih
pada Burhan yang kini sudah mulai menggenjotku, aku masih berusaha berontak
namun tetap sia sia, genjotan demi genjotan itu menggesek gesek dinding
auratku.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaauh sssssssssshhh hhh .. “
erangku, aku merasa heran kenapa jilbabku tidak dicopot juga, namun melihat Teh
Ninih yang masih berjilbab aku merasa paham, Burhan menyukai muslimah yang
disetubuhi masih berjilbab, benar benar menghina kaum muslimah.
Aku luar biasa
sakit, auratku dicoblos benda besar itu, terasa panas dalam kemaluanku, aku
terbawa genjotan itu, aku malah mendapatkan nikmat
“Aaaaaaaaaaaaauh aaaaaaauh jangaaaan ..
jangaaaaaaaaan .. berhenti .. berhenti “ racauku tidak karuan merasakan
genjotan nakal itu, aku kini merem melek tidak tahan, aku membiarkan saja
lelaki ini menyetubuhiku, yang aku takutkan lelaki ini menyemburkan air
maninya, aku bisa hamil. Namun aku sangat kaget ketika Teh Ninih justru malah berkata
nekad
“Hamili
diaaaaaaaaa “ sahut Teh Ninih dengan mengelus elus kepala Burhan yang merem
keenakan menyetubuhiku, genjotan demi genjotan itu semakin kuat, aku malah
mendapatkan hal yang nikmat, belum pernah kurasakan sepanjang aku bersetubuh,
kata kata vulgar itu semakin meracuniku, apalagi Teh Ninih tak pernah berhenti
bilang kontol dan memek. Baaaaaaaah !
Kurasakan aku
semakin panas, aku merasakan tubuhku gemetar diperkosa seperti itu, bibirku
kembali dilumat dan disedot, aku tak sadar membuka bibirku dan Burhan merasa
aku mengalah, bibir Burhan kembali melahap bibirku.
Genjotan demi
genjotan itu membuatku sampai tidak tahan, nikmat sekali, gesekan dalam dinding
auratku semakin lama lama semakin cepat, ada kenikmatan yang sering kuterima
dari Aa Gym, namun rasanya beda, yang sekarang kurasakan serasa menggaruk
dinding auratku. Aku pengin segera berakhir, kugerakan selakanganku
“Ayyooo Teeeh
..aku suka goyangan Teh Rini aaaaaaaaaaaaaaaaaaaah .. enaaaaaaaaaaaaaaaaaak “
erang Burhan menyetubuhi naik turun, Burhan kemudian meremas buah dadaku,
melumat bibirku dan tetap bergerak menggenjotku, luar biasa lelaki ini, ketiga
bagian sensitif tubuhku dirangsang hebat, aku menjadi terhipnotis
“Aaaaaaaaaaaaaaaauh ssssssssssssssssssssshh
hhh .. teruuuuuuuuuuus “ lenguhku tak sadar keenakan.
Kurasakan
dinding aurat seakan menyempit, aku tidak tahan lagi, aku hendak mencapai
klimaks, genjotan itu semakin gencar dan liar membuatku orgasme, aku menegang
kaku dengan mata terpejam erat.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “
erangku panjang
Kurasakan
memekku muntah cairan banyak, aku kemudian berklonjotan dengan tubuh penuh
keringat. Burhan kemudian berhenti menggenjotku, menindih dan merapikan
jilbabku yang berantakan. Kurasakan benda panas itu tertanam dalam dalam di
auratku, aku masih sesengukan menangis merapati nasibku, jika aku tidak
dinikahi Aa Gym pastilah aku tidak bernasib seperti sekarang.
Burhan
membiarkan aku menangis sesengukan, namun pipiku dielus elus, aku dibuai dengan
kata kata yang belum pernah kuucapkan
“Memek Teh Rini
masih sempit .. kontolku untuk Teh Rini .. marilah Teh .. nikmati saja kontolku
.. nggak usah make etika .. kalo mau bilang kontol .. ucap saja kontol ..”
sahut Burhan dengan nafas memburu.
“Tolong ampuni
aku .. jangan teruskan ,.,.. ini dosa besaaaaaaar “ keluhku memprotes, namun
Teh Ninih yang menjawab
“Ini nikmat
sayaaaaaaaaaaaaaaaaang .. kau sudah merasakan kontolnya bukan . kini saatnya
Teh Rini mengulum kontol Burhaaan .. ayo sayaaaaaaaaaaang ..cabut kontolmu . ajak
Teh Rini .. lontemu itu ngemut kontol .. dia pernah bilang suka mengulum kontol
.. “ ledek Teh Ninih padaku, aku menjadi kecut dibuka aibku. Pelan pelan Burhan
menggeliat dan menarik tubuhnya, dengan paksa menarik penisnya. Teh Ninih
menarik tanganku agar bangun.
“Saaatnya Teh
Rini merasakan kontol besaaaaaaaar .. nikmatilah sayaaaaaaaaaang .. aku rela
diceraikan Aa Gym demi Teh Rini .. namun syaratnya .. Teh Rini harus bercinta
dengan pacarku .. lakukan dengan rela Teh .. aku akan sangat rela menjadi istri
yang kesepian .. biarlah Teh .. Aa Gym menjadi milikmu sepenuhnya .. “ ucap Teh
Ninih dengan mata menatapku tajam.
Aku tak habis
mengerti jalan pikiran istri pertama Aa Gym ini, berubah menjadi wanita nakal.
Aku memandang ke penis basah itu, terasa besar bagiku, belum pernah aku melihat
sebesar itu, akankan kusebut dengan istilah kontol. Aku gemetar ketika tanganku
ditarik Teh Ninih diarahkan ke kontolnya
“Ayoo pegang
sayaaaaaaaaaaaaaang .. nikmatilaaaaaaah .. masak diberi kenikmatan menolak ..
mana rasa sukronmuu .. “ sahut Teh Ninih dengan memaksaku, aku menolak namun
tanganku lemah, tanganku menyentuh penis itu. Burhan berbisik di telingaku
“Isi kepala Teh
Rini dengan istilah kontol .. kontol namanya .. bukan penis, bukan aurat, bukan
batang .. kontol namanya .. kontol .. kontol .. kontol .. kontol “ bisik Burhan
seperti teriakan yang menyayat telingaku, aku terasa terhipnotis, aku menjadi
hilang kendali, lelaki ini mulai mengendalikan tubuhku, tak sadar aku pun
mengucap pelan kata jorok itu
“Kontoool “
Teh Ninih
tertawa gemas.
“Bisa saja Teh
Rini menyebut kontol .. “ ejek Teh Ninih, aku merasa panas diejek tua bangka
ini, rupanya wanita tersesat ini mengajakku berlomba dalam urusan birahi.
“Kita buktikan
.. siapa lebih jalan antara aku dengan Teh Rini .. ayo emut sayaaaaaaaaang ..
apa Teh Ninih ajarin dulu bagaimana cara menjilati kontol, mengulum kontol dan
menyepong kontol “
Luar biasa
lancar dan tanpa risih, Teh Ninih yang seorang hajjah telah berubah menjadi
seorang pelacur murahan. Namun aku terkesiap, Burhan mencekal kepalaku dan
menekan menempelkan kontol eh penisnya ke bibirku yang kututup rapat.
“Buka Teh Rini
.. enaaaaaaaak kok .. ayo sayaaaaaaaaaaaaang .. kau bisa lah .. ayo emut ..
kontol dia enak lho .. djilati .. ayooo .. aku tidak akan rela kau dinikahi Aa
Gym kalo belum merasakan kontol di depanmu itu .. ini cuma seks
sayaaaaaaaaaaang …“ Teh Ninih semakin berapi api mendorongku mengulum kontol
eeeh ..aduuuh .. masak aku mulai keracunan kata kontol itu.
Kupejamkan
mataku memguatkan diriku, pelan pelan kubuka mulutku, untuk membuktikan kata
kata Teh Ninih itu, Teh Ninih sampai tersenyum ketika mulutku membuka menerima
kontol itu, kumasukan dengan rasa risih, baunya sangat menyengat namun sudah
biasa bagiku, namun kontol itu sesak masuk dalam mulutku. Masak Teh Ninih
sanggup menelan kontol itu, aku pun harus bisa mengulum kontol ini.
Aku mulai
mengikuti permainan Burhan dan Teh Ninih, kata kata yang selama ini kupegang
untuk menyebut kontol dan memek dengan satu kata : AURAT, kini aku menggantinya
dengan dua kata yang vulgar, aku harus mengikuti permainan gila ini. Ah ..
masak .. aku merasa ini merupakan cobaan terberat, kuisi otakku dengan kata
vulgar : KONTOL dan MEMEK.
Belum kontol
yang tertelan di dalam mulutku benar benar sesak, pantasan Teh Ninih ketagihan.
Kurasakan sejenak kontol besar itu dalam mulutku, benar benar rasanya beda,
gigiku sampai menggigit pelan membuat Burhan meringgis keenakan, sedangkan Teh
Ninih hanya mengelus elus punggungku dan meremas buah dadaku.
Aku percaya Teh
Ninih tidak lesbi, dia melakukan itu hanya sekedar merangsangku, membangkitkan
gairahku. Aku sebenarnya lebih montok dan lebih menarik di banding tua bangka
istri pertama suamiku itu, namun aku kalah kenakalan dan kebinalan, awalnya aku
tak percaya itu Teh Ninih, namun lambat laun, aku mulai yakin, Teh Ninih
melakukan selingkuh ini karena merasa sakit hati padaku. Kukeluarkan kontol itu
dari mulutku, kupandang kontol besar yang telah menggenjot memekku.
“Teh Ninih ..
aku boleh bicara sebentar berduaaa .. “ pintaku dengan hati hati, aku tidak mau
menyinggggung perasaan istri tua suamiku. Teh Ninih memandangku.
“Pergi
sebentar, sayaaaaaaaaang .. aku pengin bicara berdua .. janjilah sayaaang ..
kau harus bercinta dengan Teh Rini berdua .. “ sahut Teh Ninih dengan tersenyum
padanya, Teh Ninih langsung melumat mesra bibir Burhan itu, aku merasa ini, Teh
Ninih memang benar benar piawai memperlakukan lelaki, bukan hanya sekedar
melumat bibir Burhan, namun juga meremas kontolnya dengan nakal. Burhan
beranjak pergi, namun tangannya mencekal kepalaku dan langsung melumat bibirku,
aku tak menyangka, kubalas pagutan itu namun tidak begitu rakus dibanding Teh
Ninih.
“Teh .. apakah
kau benar benar Teh Ninih yang selama ini kukenal ?” tanyaku dengan
memandangnya dengan kecewa karena berubah
“Ya .. aku Teh
Ninih yang kau kenal, istri pertama dari Aa Gym .. apakah yang kau ragukan,
sayaaang “
“Aku harus
mengikuti kalian .. aku tak mau disakiti .. maafkan aku Teh .. aku yang membuat
Teh Ninih menderita .. seharusnya aku menolak pinangan Aa .. “ kataku sesal
dengan memandang Teh Ninih yang mulai nampak kesal mendengar uraianku.
“Aku memaafkan
Teh Rini .. tapi ada syaratnya “ sahut Teh Ninih dengan nada sedikit lebih
tinggi menaikan intonasi suaranya
“Apa Teh ? aku
akan melakukan .. tapi Teh Ninih harus janji tidak kecewa, sekalipun Aa
menceraikan Teteh .. “ tanyaku dengan kawatir, namun karena Teh Ninih tersenyum
aku merasa plong.
“Teh Rini harus
bercinta dengan pacarku .. kita berdua harus mau dikontoli kapan saja .. itu
saja syaratnya “ sahut Teh Ninih dengan enteng, aku menggigit bibirku sendiri,
syarat yang sangat berat. Namun aku harus mencari selamat, besok bisa aku
pikir.
“Baiklah Teh ..
aku akan melakukan .. panggil pacar Teteh .. “ sahutku dengan kesimpulan
mengambil yang terbaik dari yang terburuk.
“Kedua Teh ..
ketika Teh Rini dikontoli tidak boleh melepaskan jilbab, jika kontol dia
berlendir, kau harus mengelap kontolnya dengan jilbab Teh Rini .. “ sahut Teh
Ninih dengan meninggalkan aku hendak keluar kamar, luar biasa beratnya, aku
sudah diajar etika muslimah, kini jilbabku harus dinodai dengan sperma. Tak
mungkin aku menjadi pengkhianat yang mempercayai jilbab lambang kesalehan.
“Sanggup Teh ..
jika tidak sanggup .. kita akan ulangi .. akan kuikat tanganmu .. memekmu agar
dihajar sampai bengkak “ ancam Teh Ninih dengan nada tegas.
“Dan .. nasibmu
dalam rumah tangga kita .. ada padaku .. jika kau pengin mendapatkan Aa Gym,
ambillah .. aku bersumpah tidak akan dendam pada kalian .. tapi kau tetap harus
menjalin cinta dengan Burhan .. itu saja yang harus kau patuhi .. silakan lapor
polisi .. resikonya Aa Gym akan murka .. menceraikan kita berdua .. ingat anak
anak Teh, aku mencintai dia Teh .. “ sahut Teh Ninih dengan membuka pintu kamar,
Burhan masih kembali. Kuberikan senyum padanya, sebelum menutup pintu Teh Ninih
memberikan ucapan salam
“Walaiukum
salam Teh Rini . silakan saling mengkontoli dan memekin “ ucap Teh Ninih dengan
nada yang tidak dibuat buat
“Walaikum salam
Teh .. aku siap .. “
Burhan merasa
senang melihat perubahanku yang tersenyum.
“Kontolmu besar
Han, sayaaaang .. tadi aku merasakan hal yang berbeda “ ucapku dengan nada
jorok.
“Teh Rini
kurang jorok .. “ ucap Burhan dengan memelukku erat dan memagut bibirku, kubalas
pagutan itu dengan mesra.
“Apa yang harus
kulakukan agar memuaskanmu sayaaaaaaaaang “ tanyaku padanya.
“Teh Rini tidak
boleh menyebut dirinya dengan nama aku, harus menyebut nama Teh Rini .. Teh
Rini suka kontolmu .. Teh Rini mau dikontoli .. “ buai Burhan dengan melepaskan
pelukanku, dan tangannya nakal mengelus elus memekku yang membasah.
“Baik sayaang
.. Teh Rini pengin mengulum kontolmuu .. tadi belum puas merasakan kontol besar
itu “ sahutku dengan meremas kontol yang sudah ngaceng besar itu.
Belum sempat
Burhan menjawab aku sudah memotongnya
Akan kulakukan
mengelap kontolmu dengan jilbab Teh Rini .. “ ucapku dengan mengibaskan
jilbabku ke muka lelaki nan ganteng ini. Aku mulai kepencut pemuda ini,
nafsunya benar benar kuat, sanggup menghajar Teh Ninih. Aku suka dengan
senyumnya itu, sangat membuatku terpikat. Wajahnya bersih tanpa janggut. Tak
sadar sebelum Burhan naik ke ranjang aku mengucapkan doa
“Bagus .. itu
benar benar betina muslimah .. sebelum kita bersetubuh itu wajib diucapkan Teh
.. jangan pernah sungkan mengucapkan doa itu sebelum Teh Rini dikontoli .. “
ucap Burhan dengan naik dan duduk di depanku. Aku sampai melotot mendengar kata
betina muslimah. Benar benar lelaki ini lebih vulgar dan jorok dibanding Teh
Ninih. Bahkan Teh Ninih berani menyebut dirinya lonte, hajjah berlonte untuk
menggugah gairah birahi.
“Apa yang kau
tunggu Teh .. emut kontolku .. telan air maniku segera .. ayo sayaaaaaaaaaaang
“ ajak Burhan. Aku tersenyum padanya, kontol ngaceng itu kupegang, aku membungkuk
dan langsung menjilati kontol itu dengan rakus.
“Uuuuuuuuuuh ..
benaar benaaar nakal Teh Rini ini aaaaaaaaaaaaaauh teruuus Teeeh .. “ erang
Burhan merasakan jilatanku yang rakus naik turun, aku menjilati kontol itu
sangat nikmatnya, Burhan memegang kepalaku untuk membetulkan letak jilbabku
itu, selepas itu langsung meremas pantatku di mana aku mengulum kontolnya
dengan menungging. Kurasakan remasan yang nakal itu, mengorek memekku dengan
jarinya. Kujilati kontol pemuda itu sampai di pangkal kontolnya, habis itu aku
menjilati buah zakarnya.
“Ssssssssssssh
.. nikmaaaaaaaaaat Teeeh .. sayaaang .. Teh Rini sayaaaaaaaaaaaaang .. “ ucap
Burhan dengan mata merem melek menikmati nakalku mempermainkan kontolnya,
kuremas kontol itu dan kukocok, aku memandangnya dengan tersenyum padanya
“Teh Rini
memang cantik .. seksi dan mulus .. aku sayang Teh Rini “ sahut Burhan agar
membuatku semakin bergairah
“Teh Rini juga
sayaang padamu .. sayang sama kontolmuu “ sahutku dengan mengedipkan mataku.
Habis berkata demikian
aku membuka mulutku lebar lebar, aku pengin menikmati kontol itu dalam mulutku
dan kukeluarkan masukan, aku semakijn tenggelam dalam lautan birahi terlarang
ini, dua istri Aa Gym bertekuk lutut pada lelaki ini.
“Teeeeeeeeeh
aaaaaaaaaaaaaah .. Teeh Riniii … hot banget … tubuh Teh Rini memang
segeeeeeeeer .. aku suka sama body montok dirimu Teeeeeeh .. ayo ..
sayaaaaaaaaaang sepong kontolkuuu “ sahut Burhan yang keenakan kontolnya
kukeluar masukan dalam mulutku, aku sangat rakus mempermainkan kontol itu. Aku
menyukai gesekan kontol itu dalam mulutku, kurasakan bau khas kontol yang
menyengat menambah gairahku untuk menikmati perselingkuhanku itu.
“Aaaaaaaaaaaaaauh ssssssssssssssh sssssssssshh
hhh .. teruuuuuuuuus Teeeeeeeeh .. teruuuuuuuus ,… enaaaaknyaaaa .. Teh Rini
tak beda dengan bu Hajjah lonteku itu ……….. aaaaaaaaaaaaaah sssssssssssshh
uuuuuuuuuuuuuuh ..mmmmmmmmmmmmhhh “ desis dan erang Burhan dengan tengadah
merasakan kuluman dan permainan lidahku yang semakin menggila itu.
Kumainkan
lidahku dengan menggoyang goyang kepala kontol itu dalam mulutku, kemudian aku
keluarkan kontol itu, bagian kepala kontol itu aku sepong dengan kuat, Burhan
langsung mengerang keenakan, aku tersenyum merasakan lelaki itu menikmati
kuluman, sedotan dan seponganku, akan kubuktikan aku bisa menyaingi Teh Ninih,
pacar Burhan ini.
“Hhmmmm ..
haaaaaaaaaaaah … uuuuuuuuuuuuuuh .. Teh Rini memang piawai mainin kontol ..
ayoo Teh .. kocok lagi .. dikit lagi muncraaaaaaaaat “ ucap Burhan dengan nafas
memburu, matanya menatap ke buah dadaku yang montok itu, aku tersenyum senang
dipandangi dengan penuh nafsu seperti. Seperti Aa Gym ketika pertama kali
menyetubuhi aku bilang tidak tahan kemolekan tubuhku, namun aku harus menutupi
semua itu karena aku juga senang dengan Aa Gym, namun kini kebersamaanku dengan
Aa Gym menjadi berbeda, kontol Burhan lebih besar dari pada Aa Gym, belum lagi
Burhan lebih muda dibanding suamiku itu .. andai Aa Gym semuda Burhan ..
aaaaaaaaaah .. aku harus menikmati kenikmatan surgawi ini. Kusingkirkan dalil
dalil yang membuatku sesat. Aku melakukan demi menyenangkan Teh Ninih agar aku
bisa berduaan terus dengan Aa Gym. Tapi kini aku mendapatkan godaan yang tidak
bisa kucegah, aku mulai ketagihan kontol pemuda ini.
“Jangan munafik
Teh .. aku yakin Teh Rini menyukai kontolku bukaaaaaaan ?” kata Burhan dengan
menghembuskan nafasnya panjang. Aku tak menjawab dan langsung kembali memasukan
kontol itu dalam mulutku, kukulum dengan rakus keluar masuk. Luar biasa nikmat
kontol itu, aku sangat beruntung mendapatkan kenikmatan yang sangat beda ini.
“Ooooooooooooh
Teeeeeeeeeh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh “ lenguh Burhan dengan mata memejam, kutarik
kontol itu keluar dari mulutku dengan kusepong. Barulah aku menjawab
“Jadikan Teh
Rini menjadi lontemu, sayaaaaaaaaaang .. Teh Rini siap menjadi betina
muslimahmuu .. sayaaaaaaaaang .. maafkan Teh Rini yang munafik .. tolong jangan
buat kekerasan padaku .. aku mau bercinta denganmu dengan suka sama suka ..
tapi ijinkan aku menjadi lontemu, menjadi betina muslimah .. aku akan selalu
melayani birahimu .. juga birahiku .. kontolmu membuatku puas .. “ sahutku
dengan wajah sedikit malu dengan menunduk. Burhan menaikan daguku
“Trim Teh ..
Teh Rini kujadikan lonteku .. kau adalah betina muslimahku .. setelah kita puas
bercinta bersama .. kita akan threesome dengan Bu Hajjah Ninih .. “ sahut
Burhan dengan meremas buah dadaku dan mempermainkan puntingku, aku menjadi
terangsang, kukocok kontol itu dengan gemas, tanganku kukatubkan keduanya akan
kontol itu bisa kupegang sampai membulat, habis itu kukocok dengan cepat
“Woooooooooooooooowwwww ..aaaaaaaaaaaaaaaauh
Teeeeeeeeeh .. jangan nafsu gitu aaaaaaaaaah “ erang Burhan tidak tahan aku
mengocoknya dengan liar, kupelan kocokan kedua tanganku itu, aku tersenyum
nakal padanya.
“Maafin Teh
Rini .. maafin betina muslimahmuu ini .. aku tidak akan melakukan lagi “ ucapku
dengan menjilati kontol itu, kemudian kukocok kocok lagi
Burhan
mengerang erang, kontol itu aku masukan lagi dalam mulutku, kali ini aku
menikmati dengan nikmat kontol itu, kusedot, kukulum, kujilati dan kuremas,
Burhan sudah menunjukan tanda tanda menuju puncak pendakian.
“Yaa aaaaaaauh
Teeh aaaaaaaaaauh ssssssssssshh ..enaaaaaak sayaaaaaaaaaang .. ayoo lonteku ..
Teh Rini lonteku sayaaaaaaaaaaang .. betina muslimaaahku .. kau lebih baik dari
pada Teh Ninih “ sahut Burhan dengan menyenderkan punggungnya dengan bantal,
aku senang diangap demikian, aku siap bersaing lagi dengan Teh Ninih
memperebutkan perhatiannya, aku pengin kembali mengkadali Teh Ninih, jika perlu
aku akan menyingkirkan Teh Ninih dari Burhan, biar kunikmati sendiri Burhan.
Namun aku terkesiap, pemuda ini ternyata mengetahu apa yang ada dalam pikiranku
“Kau tak bisa
memonopoli aku seperti Teh Rini memiliki Aa Gym ..uuuuuuuuuu” ucap pemuda
dengan melenguh kemudian, kubiarkan kata kata itu dan kusedot lagi lebih kuat
membuat Burhan mulai tak karuan. Kuluman demi kuluman dan kocokanku dengan
gemas membuat pemuda itu kakinya sudah gemetar.
“Teeeeeeeeeeeeeeeeeh aaaaaaaaaaaaaaaaaaauh “
erang Burhan untuk kesekian kalinya.
Aku terus
menyedot nyedot ketika Burhan menegang kaku mendapatkan orgasmenya, tubuhnya
menegang kaku, dan teriakan panjang menggema di kamar villa ini
“Teeeeeeeeeeeeeeeh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah
.. lonteeeeeeeeee kaaaaaauuuuuuuuuu “ erang Burhan menyebutku lonte, Burhan
memuncratkan spermanya masuk ke dalam tenggorokanku.
“Craaaaaaaaaaaaaaat .. craaaaaaaaaaaaat ..
craaaaaaaaaat “ kurasakan sperma Burhan menembak dalam mulutku
Burhan
berkelonjotan, kulihat banyak sperma meleleh dari bibirku, menetes ke bawah,
aku sampai terpana merasakan sperma itu masuk keluar dari kontolnya. Aku
kemudian menjilati bibirku, kurasakan spermanya sangat gurih, Aa Gym melarangku
menelan sperma, namun kini aku membuktikan menelan sperma sangat nikmat.
Burhan ngos
ngosan di ranjang, sisa sisa sperma ada yang menempel di kontolnya itu, kulepas
jilbabku dan aku kemudian mengelap kontol itu tanpa ragu, Burhan membuka
matanya, baru kali ini Burhan bisa melihat rambutku yang panjang itu. Burhan
tersenyum padaku, kubalas senyuman itu dengan memegang kontol yang kubungkus
dengan jilbabku
“Teh Rini benar
benar lonte .. aku cinta betina muslimahku .. sayaaaaaaaaang .. ada hadiah
untuk Teh Rini malam ini .. aku akan memuaskan Teh Rini bak suami istri ..
tidak ada kekerasan lagi, sayaaang .. maukah Teh Rini aku kontoli dan aku
hamili ?” tanya Burhan membuatku terdiam tak bisa menjawab, karena aku takut
dicemarkan, akupun menjawab tanpa sadar
“Teh Rini mau
dikontoli dan dihamili “ ucapku ceplas ceplos, namun aku menyadari, kututup
mulutku itu, aku sudah salah bicara.
“Baik Teh ..
kita istirahat dulu .. sebentar lagi aku pengin menghamili Teh Rini .. “ ucap
Burhan dengan tenang, dia tahu kalo aku sangat takut bisa hamil karena hubungan
gelap ini, kembali pemuda itu mendikteku
“Serahkan diri
Teh Rini bulat bulat padaku .. Teh Rini bersedia melakukan apa saja .. asal
diberi kenikmatan .. diewein, dientotin, dikontoli, dispermain dan dihamili ..
“ dikte Burhan membuatku tak berkutik, aku diam sejenak, melawan tak ada gunanya,
aku mulai menikmati persetubuhan sangat nikmat ini, semoga aku tidak hamil,
sepulang dari villa aku akan berusaha mengakali agar tidak hamil dikontoli
Burhan.
Ah .. nikmatnya
malam ini berdua dengan pacar Teh Ninih Muthmainah, aku langsung membuang
prasangka jelek, aku akan menghargai Teh Ninih mulai sekarang, jika Teh Ninih
mau membagi keperkasaan pacarnya padaku, masak aku menyingkirkan, aku tidak mau
culas lagi. Terima kasih Teh Ninih, kau telah memberikan kepuasan batiniah
padaku lewat pacarmu. Kutarik jilbab itu karena merasakan kontol Burhan
bergerak lagi, kembali ngaceng lagi. Ya Alloh .. cepat sekali kontol ini
berdiri ngaceng. Batinku sambil mengeleng geleng, kemudian kutatap Burhan dan
kuberikan senyum nakalku.
“Teh Rini
menyerahkan bulat bulat padamu, Teh Rini bersumpah menjadi menjadi milikmu yang
harus kau kontoli .. dimanapun aku akan bersedia “ jawabku dengan tersenyum
kemudian memeluk Burhan dan kutindih.
“Teh Rini
sayang kamuuu .. kontoli ya sayaaaaaaaaaaang “ rajukku manja padanya.
Aku benar benar
puas dan ketagihan kontol besar yang telah kuoral itu, kupagut bibir Burhan itu
dan aku menikmati pagutan kami. Tanganku nakal memegang kontolnya, Burhan aku
tindih, Burhan sampai menjerit kecil ketika aku memaksakan masuk kontol itu,
namun belum sempat masuk lebih dalam, Burhan mendorong dadaku, mendorongku
sampai rebah telentang, kontol itu lepas dari memekku, aku kecewa karena pengin
sekali lagi diperlakukan sebagai seorang istri. Burhan menggeleng geleng
padaku, aku tidak tahu maksudnya. Dipandangnya tubuhku yang sudah tanpa busana
itu, dari kepalaku sampai turun menuju ke dadaku, ketika mata itu memandang ke
selakanganku, ku buka pahaku untuk merangsangnya
“Sayaaaaaaaang
.. Han sayaaaaaaaaang .. apa yang kurang dari Teh Rini “ kataku parau dan
kubuat mendesah agar lelaki ini semakin terpikat padaku.
“Aku tak suka
Teh Rini tanpa jilbab .. “ sahut Burhan, aku menyadari kesalahanku, kutarik
jilbabku itu.
Burhan keluar
dari ranjang ketika aku memakai jilbabku. Terdengar suara plastik disobek
dengan paksa, aku memandang pemuda itu yang berdiri di samping ranjang,
tangannya kini memegang jilbab warna hijau. Aku tersenyum senang, Burhan
menyedikan banyak jilbba, berwarna warni, kucopot jilbabku. Kuterima jilbab itu
dengan tersenyum, sejenak kugenggam kontol besar itu.
“Subhanalloh ..
kamu tahu juga selera Teh Rini .. “ sahutku dengan memakai jilbab warna hijau
itu.
“Aku tak sudi
mengkontoli betina muslimah tanpa jilbab .. Teh Ninih saja pasti mengerti mauku
“ ledek Burhan padaku.
“lelaki ini
benar benar sangat jorok .. “ batinku berteriak. Namun aku kemudian duduk dan
menarik tangan pemuda itu, aku kemudian langsung menduduki selakangan Burhan,
kuletakkan tanganku di pundaknya, kuberikan senyum mesra padanya.
“Teh Rini benar
nakaaaaaaaal .. aku tak suka sikap Teh Rini memusuhi Teh Ninih .. kalian betina
muslimah harus rukun .. tidak boleh ada yang iri, aku tidak mau dimonopoli oleh
kalian berdua .. jangan sekali kali merebutku dalam Teh Ninih .. dia idamanku
.. dialah betina muslimahkuu yang paling jorok, nakal, tak pernah bosan
dikontoli .. “ ujar Burhan dengan mengelus elus pahaku yang mulus itu, aku
merasa terangsang akibat elusan nakal itu.
“Sayaaaaaaaaang
maafin Teh Rini… Teh Rini siap seperti Teh Ninih .. menjadi betina muslimahmu
.. “ sahutku dengan kubuat semesra mungkin, akan kuperlihatkan kenakalan
seorang muslimah, aku mantan model pasti akan tahu gaya bagaimana membuat
lelaki bertekuk lutut padaku. Akan kubuat Burhan terjerat nafsuku, dia sudah
berhasil menjeratku, aku kini akan membalas dengan menjeratnya agar sering
mengkontoli aku.
“Teh .. apa
benar Teh Ninih sudah cerai ?” tanya Burhan, aku menatapnya dengan mesra.
“Maafkan Teh
Rini sayaaaaaaaaang .. secara hukum Islam memang sudah bercerai .. tapi itu
belum final .. karena sedang dijajaki kembali bersama .. aaaaaaaaah .. aku
tidak perduli itu .. aku sakit sayaaaaaaang .. aku telah menyakiti Teh Ninih ..
Teh Rini akan membayar semua itu dengan melayanimu dengan segenap jiwa ragaku
.. Teh Ninih pengin aku selalu dikontoli kamu .. Teh Ninih banyak berkorban
untukku .. tapi aku begitu serakah .. apa yang Teh Ninih punya selalu dibagi
padaku, rela dimadu, kemudian rela pacarnya dipakai kontolnya oleh Teh Rini ..
aku tidak tahu diri .. aku munafik “ kataku dengan menunduk karena membuka
aibku sendiri dengan lelaki yang baru kukenal namun sudah memberikan kepuasan
birahi tiada batas.
“Pegang janjimu
Teh .. sekarang aku pengin menyemburkan spermaku di dalam rahim Teh Rini .. Teh
Rini harus kembali mengoral kontolku .. buat aku jangan sampai orgasme .. aku
suka dengan kuluman dan sepongan Teh Rini ..” ajak Burhan dengan meremas buah
dadaku itu, aku merasakan nikmat, kurasakan benar remasan lembut tangan Burhan
itu, aku memejamkan mataku penuh keenakan sambil merem melek, tangan Burhan
sangat piawai bermain di buah dadaku, susuku diremas dengan pelan pelan memutar
“Oooh
aaaaaaaaaaauh sayaaaaaaaaaang nikmaaaaaaaaaaat .. “ erangku dengan mendongak,
Burhan meremas buah dadaku dengan mencekal ekor jilbab warna hijau itu, benar
benar luar biasa pria idamanku ini.
“..
sayaaaaaaaaang aaaaaaaaaah .. nakaaaaaaaaaaal nakaaaaaaaaaaaaaal “ ucapku
dengan mengerang merasakan jari Burhan menusuk memekku yang basah itu.
Aku memiringkan
tubuhku ke belakang, tangan itu nakal mempermainkan bukit kembarku bergantian,
diremas remas dengan lembut, aku sampai merinding merasakan kenikmatan itu.
Kini aku menyadari, pacar Teh Ninih ini benar benar bisa memuaskan wanita.
Kubuka mataku, Burhan tersenyum melihatku keenakan memekku dicolek colek keluar
masuk
“Aaaaduuuh
sayaaaaaaaaang .. kamu sangaaat nakaaaaaaaal .. teruus sayaaaaaaang enaaaak
aaaaaaaaaah .. aaauuuh .. kalo sejak dulu tahu kamu .. aku nggak bakalan nikah
sama Aa Gym, ssssssssssh sssssssshh hhh “ ucapku dengan mendesis, aku mendesah
desah untuk memberikan kepuasan tiada tara pada lelaki yang sedang merangsangku
itu. Kakiku mulai gemetar merasakan semua itu, berkali kali aku komat kami
mengucapkan doa, kupejamkan mataku
“Kalo komat
kamit . mendingan ucapin, kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek !
kontol ! memek ! “ ucap Burhan sampai membuatku tergangga, aku tersenyum
padanya
“Teh Ninih aja
bisaaa .. mosok Teh Rini nggak bisaa “ ejek Burhan, aku benar benar sangat iri
dengan Teh Ninih yang benar benar menjadi wanita idamannya. Berkali kali Burhan
mengatakan Teh Ninih memuaskan dirinya, aku benar benar tersipu malu, aku akan
membuktikan bahwa aku bisa seperti Teh Ninih.
“kontol ! memek
! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol !
memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! “ ucapku dengan nada pelan, namun
kemudian kusambung dengan kata kata lain.
“Kontoli !
genjotin ! kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin !
kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! “ kataku
berulang ulang merasakan kenakalan tangan itu, tangan kiri meremas susuku,
tangan kanannya mencolek colek memekku keluar masuk. Benar benar menggairahkan,
pengalaman yang luar biasa dalam urusan bersetubuh.
“Muncratin !
hamilin ! muncratin ! hamilin ! muncratin ! hamilin ! muncratin ! hamilin !
muncratin ! hamilin ! muncratin ! hamilin ! “ kataku lagi dengan komat kamit
namun dengan suara yang jelas agar Burhan merasa puas akan kenakalanku sebagai
seorang betina muslimahnya yang baru. Aku komat kamit bak berzikir, kurasakan
mendapatkan kekuatan baru, benar benar luar biasa, setan mana yang memberikan
kekuatan padaku.
Burhan kemudian
melepaskan remasan di buah dadaku, menarik tanganku untuk memegang kontolnya,
kupegang kontol besar itu. Kukocok dengan pelan pelan untuk memberikan
kenikmatan yang berbeda, aku pengin memberikan kepuasan, bahwa aku bisa lembut
atau liar.
“Teriaklah ..
ucapkan kontol dengan keras “ ajak Burhan
“KOOOOOOOOOOOOONTOOOOOOOOOOL “ teriakku kuat
tanpa tertawa, Burhan tersenyum padaku.