CERITA SEX - BOKEP - BOKEP INDO - BOKEP SANGE

CERITA SEX - BOKEP - BOKEP INDO - BOKEP SANGE

CERITA SEX - BOKEP - BOKEP INDO - BOKEP SANGE
CERITA SEX - BOKEP - BOKEP INDO - BOKEP SANGE

MEMEK PERAWAN KASIR MINI MARKET MONTOK

Namaku Aries Andi Susanto, kawan-kawan kecilku sering mamanggilku Aas suku jawa, tinggi 172, BB 70, kulit sawo matang khas jawa…kata kawan-kawan ga hitam-hitam amat mungkin karena aku memang cukup rajin merawat diri.

Soal wajah, alisku tebal, hidung cukup mancung walau tak seperti orang arab namun untuk umumnya asia hidungku lumayan mancung, sedang yang banyak buat orang komen tertarik padaku adalah janggutku yang terbelah tengah ditambah senyum manisku yang katanya susah dilupakan.

selesai kuliah, aku yang telah terbiasa jauh dari rumah sengaja pergi meninggalkan kota kelahiranku. Walaupun aku berasal dari kalangan keluarga yang boleh dibilang cukup namun aku tak ingin menggantungkan hidup pada kesuksesan orang tua.

Ini adalah penggalan kisahku yang ke VI, dimana usahaku di bidang SPA dan Massage khusus Wanita Muslimah sudah mulai ramai pelanggan dan kini aku juga sedang mengembangkan usaha baru di bidang minimarket dan retail.

Setelah segala perizinan minimarket rampung, dan usaha baruku dibidang retail ini mulai beroperasi maka aku merasa sedikit santai.

Minimarket dengan tiga pintu yang ku gabung menjadi satu terlihat cukup elegan dan berkelas, untuk stok barang aku bekerjasama dengan beberapa CV yang memang bergerak dibidang suplayer barang retail.

Aku mempercayakan manajemen toko kepada Silvi, gadis yang kurekrut melalui usulan Toni konsultan yang membantu mengurus segala keperluanku.
Silvi aku sediakan kamar dan segala fasilitas pendukung di lantai dua, sedang lantai satu khusus untuk toko.

Aku sendiri juga ada kamar yang tepat berdampingan dengan kamar Silvi, dan di sudut lain ada 2 kamar yang kusediakan untuk para karyawan yang kebetulan tinggal cukup jauh dari toko sehingga mereka tidak perlu ngekost.

Sebulan berlalu, aku amsih terus memantau perkembangan toko, walaupun aku sendiri belum pernah menginap di kamarku di ruko ini, namun setiap 2 hari sekali aku menjenguk untuk mengecek perkembangan dan juga administrasi toko.

Silvi yang cukup berpengalaman aku nilai cukup cekatan dalam mengambil keputusan. Begitu juga dalam pengelolaan toko. Ada 3 kasir aktif dan 3 karyawati lain yang bertugas menjadi staf toko. Dan untuk urusan akunting dan manajemen aku percayakan kepada Silvi sebagai kepala toko.

Hari ini aku sengaja agak pagi datang ke toko, aku berangkat dari tempat usahaku yang pertama di tempat SPA Muslimah dan memang agenda pagi ini adalah rapat seluruh karyawan dan manajemen toko.

Setelah rapat singkat selesai, toko mulai di buka dan aku hendak beristirahat dikamar, tiba-tiba Silvi mengetuk kamarku. Silvi menjelaskan kalau ada seorang anak remaja memaksa untuk bertemu dengan pemilik toko walaupun sudah dijelaskan tidak ada lagi lowongan.

Maka dari monitor CCTV toko aku coba untuk melihat, seorang remaja yang aku perkirakan baru lulus SMA berjilbab, tubuhnya mungil, kulitnya sepertinya cukup putih hanya belum begitu terawat dan make up pun sepertinya seadanya.

“Ajak ke ruanganku aja Vi,” Perintahku pada Silvi.
Maka tak selang lama, Silvi mengabarkan kalau anak itu sudah menunggu di ruanganku yang ada di lantai 2 yang juga bersebelahan dengan ruangan akunting dan kepala toko.

Aku coba melihat biodata dan ijazahnya, namanya Febri lulusan SMK jurusan akutansi. Dia berasal dari pulau jawa dan ikut saudaranya di palembang ini, sudah hampir dua bukan dia mencari pekerjaan namun masih belum di terima. Dia memohon dengan sangat untuk bisa diterima disini karena sudah tidak enak dengan saudaranya.

Silvi sudah berusaha menjelaskan kalau di toko ini karyawati sudah penuh, namun Febri tetap meminta tolong. Jadi cleaning sercive pun mau.

“Di toko ini ga pakai cleaning service de, semua piket secara bergantian,” Jelas Silvi aku hanya mencoba mengamati, wajah Febri sebenarnya cantik, hanya kurang terawat saja. Kalau bersih pasti akan manis sekali apalagi kalau di poles Make up. Hanya saja posturnya memang mungil, sedangkan dadanya tidak begitu terlihat karena tertutup hijab.

“udah gini aja Silvi, kita terima saja Febri. Sementara ada kerjaan yang pas biarlah nanti dia bisa membantu apa saja yang diperlukan. Untuk masalah gaji biar tidak usah dianggarkan dari toko biar aku langsung yang menggaji,” aku mengambil keputusan.

Silvi hanya mengangguk, dan Febri terlihat cerah dan lega.
Aku jelaskan kalau Febri nanti tinggal di toko saja, tugas utamanya adalah menyiapkan segala keperluanku, dan jika aku tidak ada bisa membantu apa saja di toko. Dan dia tinggal di kamarku.
Awalnya Silvi dan Febri terlihat kaget mendengar harus tinggal di kamarku di ruko itu namun sepertinya Febri sudah bulat keputusannya untuk bekerja maka dia tak merasa keberatan. Setelah semua selesai, aku suruh Febri untuk berpamitan dan mengambil pakaian semua pakaiannya dan mulai nanti sore tinggal di kamarku.

Silvi tak berani banyak bertanya, walau dari raut wajahnya terlihat ada kecemburuan namun dia mencoba untuk menutupinya.
“Vi…,”
“Iya Pak,”
“Kalau nanti malam aku tidur dikamarmu boleh?” Tanyaku..
“Bo Boleh Pak,” Jawab Silvi tergagap kaget aku tanya seperti itu.
itu sengaja aku tanyakan sebagai jawaban kalau aku juga tetap memposisikan sebagai orang dekatku.

Jam 1 siang, kamarku diketok. Silvi datang mengantarkan Febri. Langsung aku suruh Febri masuk dan aku tatap mata Silvi, dia terlihat sudah memahami dan memaklumi keputusanku. Febri kuajak masuk, kujelaskan kalau dia nanti akan tidur sekamar denganku, dia disebelah kanan dan aku di sebelah kiri. Aku jelaskan aku takan menyakitinya apalagi memperkosanya. Jika dia yakin maka silahkan mandi, jika tidak yakin maka aku persilahkan dia untuk mundur dan aku beri uang saku Rp.500.000,-

Febri terlihat canggung namun sudah 100% nekat karena dia sudah tak ada pilihan lain, yang penting bisa mendapat kerja dan keluar dari rumah saudaranya.

Aku duduk di sofa, aku minta Febri membuka seluruh isi tasnya… beberapa baju model lama, kemeja-kemeja standar dan murahan serta beberapa lembar jilbab yang biasa dijual di pasaran.
Aku suruh dia memasukkannya ke tasnya lagi. Dan aku segera mengajaknya turun mengikutiku Aku ajak Febri ke toko pakaian untuk membeli pakaian yang aku liat pas dan pantas untuk Febri, celana dalam bh sesuai ukurannya, dan beberapa jilbab besar bermotif bunga yang kekinian. Aku sengaja memberikannya cukup banyak agar cukup untuk berganti dia selama seminggu.
Untuk karyawan lainpun aku belikan 2 stel pakaian terdiri dari satu stel pakaian kerja dan 1 stel pakaian tidur.

Setelah selesai belanja pakaian aku suruh Silvi untuk ke salon untuk cuci muka dan memilih beberapa make up, dan juga, merapikan rambutnya.
Di perjalanan pulang Silvi terlihat begitu ceria, aku sengaja menyuruh seluruh pakaiannya dimasukkan koper agar saat membawa ke kamar tidak terlalu menco;ok. Sedang untuk pakaian karyawan lain sudah di pisah pe orang 1 tas.

Wajah Febri terlihat lebih putih dan cerah, pipinya yang memang mulus tanpa jerawat, bibirnya yang tipis dan hidungnya yang mancung dan keciil, terlihat begitu manis.
Febri kusuruh langsung kekamar sedang aku meminta para karyawanku menutup toko dan berkumpul di ruang meeting. Sambil aku bagikan pakaian yang tadi kubeli aku berpesan kepada seluruh karyawati untuk tidak menyinggung soal apapun kepada Febri perihal ia tinggal dikamarku.

Dan mereka juga tidak diperkenankan bertanya-tanya, ataupun menggunjing dibelakang masalah Febri.

Ancamannya adalah dipecat. Seluruh karyawatiku menyatakan siap dan melakukan mempersilahkan bubar.
Sebelum aku ke kamar, aku sengaja mengetuk kamar Silvi yang ku angkat sebagai kepala toko yang besebelahan dengan kamarku.

Setelah dipersilahkan masuk aku duduk di kasur Silvi yang berukurang singgle namun cukup untuk tidur 2 orang.

Kamar Silvi memang hanya separuh kamarku, aku sengaja berbaring di kasur, Silvi yang saat itu sedang ber make up, sudah menggunakan pakaian tidur yang kubelikan, pakaian tipis seperti daster tak berlengan,

Silvi terlihat seksi, walau dari segi wajah sebenarnya dia terlihat standar saja.
Silvi berbaring di sampingku, aku sengaja memiringkan badan agar bisa berhadapan denganya, aku peluk tubuhnya lalu tanpa di komando kami langsung berciuman.

Silvi sepertinya tidak pernah berciuman sehingga aku rasakan dia masih begitu kaku, tanganku segera menyibak dasternya, ternyata dia sudah tidak menggunakan celana dalam sama sekali, begitu juga saat aku raba pyudaranya pun tidak lagi tertutup BH

Aku segera membuka bajunya sehingga dia telanjang bulat, dan akupun segera membuka seluruh bajuku hingga burungku langsung tegak mancung.

Aku langsung memposisikan diri untuk 69. Penisku ku tempelkan di muka Silvi, sedang mukaku langsung aku tenggelamkan di selangkangan Silvi.
Paha Silvi yang cukup besar sangat mulus ditumbuhi bulu halus, sedangkan vaginanya lear dan tidak terlalu menonjol.

Memang vagina wanita bisa dilihat dari bentuk mulutnya. Aku langsung menggarap vagina Silvi… aku jilati clitorisnya, aku hisap dan aku jilati seluruh permukaan vaginanya yang bisa terjangkau lidah, sedang penisku aku rasakan mulai di ciumi oleh Silvi, danaku rasakan mulai di masukannya ke mulutnya yang hangat.

Aku mainkan jariku di clitorisnya, sedang lidahku tetap menjilati bibir vagina Silvi. Setelah aku rasa cukup pemanasannya, akus egera membalik posisi, badan Silvi yang memang cukup lebar tapi tidak gendut sebenarnya cukup menggairahkan, aku segera menggesekkan kepala penisku di belahan vagina Silvi, Silvi hanya diam dan memejamkan matanya.

Kutaruh kedua kakinya diatas pundaku, lalu secara perlahan aku masukan kepala penisku hingga mulai terasa masuk sedikit demi sedikit. Pada saat itu aku rasakan ujung penisku menyentuh selaput darah vagina SIlvi aku sengaja memainkan pelan maju mundur dan pada saat Silvi sedang terlena merasakan rangsangan segera aku dorong keras hingga blesssss…. batang penisku berhasil masuk…
Silvi menjerit, lalu kulihat ada air mata yang meleleh.

Sejenak kucabut penisku, kulihat ada darah segar di batang penisku juga di bibir vagina Silvi yang terlihat mulai membuka.

Setelah aku bersihkan menggunakan tisu, sengaja aku lumuri penisku menggunakan air liur Silvi yang aku ambil menggunakan jariku dari mulut Silvi.
Aku masukan lagi secara perlahan hingga akhirnya semua batang penisku masuk kedalam lobang kenikmatan Silvi.

Aku pompa secara berirama, Silvi terlihat pasif, tapi dari nafasnya aku dapat mengira kalau Silvi sedang menahan sakit. Aku kecup dadanya, ku pilin putingnya dan kuremas pelan.

Aku sengaja memompa dengan hitungan 2-1, dua kali dorong pelan dan 1 kali hentakan keras.

Karena asik menikmati tanpa sadar penisku tiba-tiba berdenyut dan saat aku mau menahannya sudah terasa di ujung sekali sehingga akhirnya aku semburkan spermaku di dalam vagina Silvi, Silvi yang pasif tiba-tiba melenguh dan tubuhnya bergetar dan tidak lama kemudian
“Mas…………..Ahhhh……..,”
Silvipun mengalami orgasme sesaat air maniku menyembur.
Sejenak kami beristirahat, aku peluk tubuh Silvi dari belakang hingga kami tertidur pulas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CERITA SEX - BOKEP - BOKEP INDO - BOKEP SANGE © 2024 Frontier Theme